Wajo, Sulsel- Desa Palippu yang terletak di Kecamatan Tanasitolo, Kabupaten Wajo, merupakan wilayah perkebunan yang cukup subur.
Daerah ini pernah mengalami masa keemasan dengan perkebunan nanas yang menasional. Namun seiring waktu, perkebunan nanas ini tergeser dengan masuknya varietas coklat dan jambu mete yang dianggap lebih memiliki nilai komoditas dan kompetitif.
Budidaya tanaman nanas yang ada di Desa Palippu, kini kembali menggeliat setelah hampir ditinggalkan oleh para petani yang lebih memilih menanam varietas lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Budidaya Nanas di Palippu secara turun-temurun memang terkenal. Namun, aktivitas perkebunan yang pernah jaya di masa lampau itu, akhirnya terhenti karena masuknya varietas lain.
“Setelah kami terpilih menjadi kepala desa, pada tahun 2012, kami programkan tanaman nanas ini untuk dikembangkan kembali, bagaimana pemberdayaan di masyarakat, sehingga kami memberikan bantuan bibit dan jaring untuk hama babi,” ujar
Kepala Desa Palippu, Abdul Rafiq M.
Menurut Abdul Rafiq, yang menjadi kendala terbesar sehingga budidaya tanaman nanas ini kadang gagal, yaitu yaitu adanya hama babi yang selalu merusak tanaman petani.
“Tapi ini alhamdulillah sudah ada beberapa hektar yang kita sudah kembangkan yaitu nanas madu (nanas Serawak),” tandasnya.
Di sini ada dua jenis tanaman yakni nanas lokal dan madu yang biasa diistilahkan nanas Serawak. Nanas Serawak ini kalau ditanam di Palippu buahnya manis.
“Katanya, beda rasanya dengan yang ditanam di daerah lain. Ada aroma khas dan manis yang gurih jika nanas madu atau Serawak di tanam di Palippu,” cetus Abdul Rafiq.
Abdul Rafiq menambahkan, pada mulanya bibit diambil di daerah Palu, Sulawesi Tengah, lalu dikembangkan sekitar 4.000-5.000 hektar.
“Namun, sekitar 20 hektar di sini nanas madu berkembang, dengan ritme panen sekali setahun. Jadi ada sekitar 30-40 orang masyarakat yang berkebun nanas sebagai pekerjaan di Palippu,” tandasnya.(red)