Yang Berpiyama Bicara Perdamaian

- Redaksi

Jumat, 5 November 2021 - 15:05

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Yang Berpiyama Bicara Perdamaian
Oleh: Rizky Ridho*

Beritasulsel.com – Waktu masih menyisakan satu jam sebelum kegiatan dimulai, tetapi para peserta telah memenuhi ruangan zoom. Semangat mereka di luar ekspektasi panitia. Bahkan, kerapkali peserta menanyakan kapan dimulainya acara. Mereka sangat ‘cerewet’, memperlihatkan ketaksabaran untuk segera bertemu dengan sesama anak muda, dan mendapatkan pengetahuan baru.

Ketika mereka hadir di ruangan, beragam pakaian yang unik dan lucu memecah suasana. Ada yang memakai topeng pahlawan seperti, Batman dan Spiderman. Di hari lain, mereka mengenakan piyama, baju olahraga, dan pakaian adat. Mereka benar-benar menunjukkan kreativitas dan autentisitas. Memakai kostum dengan topik tertentu memang menjadi salah satu cara panitia untuk menghidupkan suasana dan memotivasi semua pihak yang ikut di kelas ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Saat trainer mulai menjelaskan materinya, mereka berubah 180 derajat. Dari individu yang ‘cerewet’ menjadi pendengar yang aktif. Mereka mencatat, merespon, dan menanyakan hal-hal yang mengganjal di hati dan pikiran. Waktu lima jam mungkin masih terasa kurang jika melihat antusiasme mereka.

Begitulah gambaran kegiatan Kelas Literasi Damai yang dilaksanakan oleh Generasi Literat berkolaborasi dengan Mulia Raya Foundation dan United Nation Development Program (UNDP). Selama empat hari, di setiap akhir pekan, sebanyak 124 generasi Z dari wilayah Sulawesi dan Maluku menjadi peserta dalam kegiatan ini. Kegiatan yang dilaksanakan pada jam makan siang tidak meruntuhkan semangat peserta.

Malah, mereka menunjukkan gairah dalam mengikuti kegiatan online ini. Selama kelas, mereka berusaha mendapatkan pemahaman yang utuh dari materi yang disampaikan. Apalagi, mereka tahu, materi ini berguna agar mereka bisa melakukan tugas mulia, yaitu sebagai aktor perdamaian, khususnya di media sosial.

Hari pertama, gen-Z Sulawesi dan Maluku dibekali materi literasi agama dan budaya serta literasi damai. Materi literasi agama disampaikan oleh Musdah Mulia, cendekiawan Muslimah yang merupakan founder dari Mulia Raya Foundation. Sedangkan, materi literasi damai disampaikan oleh aktivis perdamaian asal Aceh, Suraiya Kamaruzzaman.

Keseluruhan hari pertama menjadi momen yang melekat di hati Hasbiyah. Perempuan berusia 19 tahun ini berkata, materi literasi agama dan budaya sangat membuka wawasannya, khususnya dalam menghargai agama-agama lokal yang ada di Indonesia.
Keesokan harinya, peserta disuguhi materi literasi digital yang dibawakan Indriyatno Banyumurti dan literasi keadilan gender dengan Olin Monteiro.

Bagi Rispa Sari, hari kedua meninggalkan jejak yang hilangnya akan lama. “Materi keadilan gender yang membekas di hati saya, Kak,” ketika ditanya pendapatnya tentang materi di hari ketiga.

Memasuki hari ketiga, kali ini generasi Z marathon tiga materi sekaligus: berpikir kritis oleh Eko Prasetyo, team building & Gerakan Sosial oleh Lian Gogali, dan menulis human interest story bersama Sopian Thamrin. Meski waktu tak memihak pada siapapun, justru hari ketiga menjadi pengalaman tak terlupakan bagi banyak peserta.

Misalnya Nur Anisa, peserta asal Gowa. Dia terkesan dengan semua materi di hari ketiga. Menurutnya, ketiga materi itu mengajarkannya untuk berani mengutarakan pendapat, belajar membangun tim dari kekuatan personal masing-masing, dan memantik emosi lewat tulisan kita. Di kelas, Nur memang membuka diri bahwa dirinya seorang introvert.

Bagi Ade Kezia sebaliknya, dia lebih suka dengan materi Lian Gogali tentang membangun tim. “Kita belajar bagaimana tips membuat gerakan sosial, cara mengkomunikasikan agar gerakan itu bisa terbentuk dan bermanfaat bagi masyarakat. Dalam materi itu, saya merasa tertantang untuk mengomunikasikan ide dan gerakan saya.” tuturnya.

Tiga hari sudah gen-Z mengasah soft skills dan hard skills. Kini, waktunya mengaplikasikan materi-materi yang sudah didapatkan ke dalam sebuah konten narasi damai. Sebagai modal membuat konen, para peserta mendapatkan materi strategi membuat konten narasi damai di media sosial, yang dibawakan oleh Milastri Muzakkar.

Selain itu, peserta juga dibekali materi teknis mendesign dan membuat video oleh Ufaira Nabila. Inilah titik puncak dari semua materi di hari sebelumnya karena gen-Z akan melaksanakan misi menyebarkan pesan damai di media sosial maupun lingkungan sekitar. Dan seperti yang diduga, gen-Z sangat bersemangat mengikuti materi dan mencoba mempraktekkannya.

Menariknya, tak hanya mendengarkan materi dari trainer saja, setiap sesi kelas selalu mengajak peserta untuk berdiskusi kelompok di dalam “breakout room”. Di sesi ini, ide-ide segar dan pengalaman para Gen-Z dalam isu perdamaian cukup tereksplor. Waktu diskusi kelompok selalu tak cukup, saking semangat dan senangnya mereka berdiskusi dengan teman sebanyanya.

Kelas Literasi Damai meninggalkan pengalaman yang tak terlupakan bagi gen-Z Sulawesi dan Maluku. Hal ini disampaikan oleh banyak peserta. Meski kegiatannya online, baik trainer, panitia dan peserta saling mengirimkan energi positif yang membuat kelas menjadi seru. Tapi, mengutip kata Anisa, salah satu peserta, “kegiatan ini seru banget walaupun online, akan lebih seru lagi kalau offline namun terkendala covid, jadi sayang banget.”

Kelas Literasi Damai telah membuat jembatan yang mempertemukan gen-Z dari seluruh Sulawesi dan Maluku, untuk saling menguatkan keyakinan tentang peran penting mereka dalam mengampanyekan nilai-nilai perdamaian, di media sosial dan di lingkungannya masing-masing.

Penulis adalah Content Writer Generasi Literat

 

 

 

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Arah Semangat Baru bagi Kartini Dimasa Sekarang di Tengah Problematika Para Perempuan di Negeri ini
HMI Komisariat FKM UMI Cabang Makassar Gelar Baksos di Panti Asuhan Asyaratun Muharramah
IMIKI PPT UINAM Gelar Diklat Batch 4.0
IMPS KOPERTI UIN AM Rayakan Milad yang ke 24 Tahun
Nurul Zhaafira, Mahasiswi Ilmu Komunikasi Merupakan Beauty Muslimah Sulsel sekaligus Model Freelance
Bertemu Ketua Ulama dan Da’i Asia Tenggara KH. Muhammad Zaitun Rasmin : Lidmi Harus Menjadi Pelopor Perbaikan Negeri Ini
Murid SMPIT Nurul Fikri Makassar Sabet Juara Tahfizul Qur’an
Scout Leadership Camp Share Edu Indonesia Digelar di Maros, 700an Anggota Hadir

Berita Terkait

Rabu, 4 Oktober 2023 - 16:33

Percepat Penurunan Stunting, Sofha Marwah Bahtiar Serahkan Bantuan Telur dan Susu di Kabupaten Maros

Rabu, 4 Oktober 2023 - 14:29

Pj Gubernur Bahtiar dan Ketua PKK Sofha Marwah Dikukuhkan jadi Bapak dan Bunda Asuh Anak Stunting

Selasa, 3 Oktober 2023 - 17:17

Rapat Bersama Pokja Bunda PAUD, Sofha Marwah Bahtiar Tekankan Agar Bersinergi dengan OPD

Selasa, 3 Oktober 2023 - 16:46

Stok Beras Cukup Hingga Akhir Tahun, Pj Gubernur Bahtiar Apresiasi Kinerja Bulog Sulsel

Selasa, 3 Oktober 2023 - 14:37

Pemprov Sulsel Support Pelaksanaan Expo Hari Santri 2023

Selasa, 3 Oktober 2023 - 14:34

Inflasi Sulsel Kembali Turun, BPS Catat Bulan September di Angka 2,33 Persen

Selasa, 3 Oktober 2023 - 06:08

PAM Tirta Karajae Parepare Terapkan Teknologi Berbasis Digital

Selasa, 3 Oktober 2023 - 05:59

Pj Gubernur Bahtiar Silaturahmi Bareng Puluhan Insan Pers di Sulsel

Berita Terbaru

Pemkot Parepare

Dokter Spesialis RSUD Andi Makkasau Ulas Tentang Mata

Rabu, 4 Okt 2023 - 19:54