Makassar, Sulsel – Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman membuka secara resmi Musyawarah Besar Ikatan Cendekiawan Alumni Timur Tengah (ICATT) ke VII, Minggu (20/12/2020).
Ia mengikuti secara virtual. Mengingat dirinya sedang melakukan kunjungan ke korban terdampak banjir di beberapa titik di Makassar.
Dalam Mubes ini dirangkaikan dengan Seminar Nasional Fiqih Pandemi dengan tema “Fiqih Islam, Solusi Atasi Dampak Pandemi Covid-19”.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurutnya, seminar ICATT luar biasa. Dimana menghadirkan pemateri yang membahas terkait menghadapi pandemi dengan persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan dalam syariat islam.
Dirinya pun membeberkan langkah Pemprov Sulsel dalam penanganan pandemi Covid-19. Salah satunya, atas usulannya dalam membuat program karantina terpusat penanganan Covid-19 bernama Wisata Covid-19.
“Hadirnya Wisata Covid-19 ini, dilakukan karantina bagi OTG di Hotel. Dengan memastikan gizi, kesehatan dan lainnya. Disini pula, diberdayakan UMKM dalam produk makanannya,” ungkapnya.
Hal itu dilakukan, untuk menangani pandemi dari sektor hulu dan hilir. Sehingga, mengurangi kepanikan masyarakat, serta menjaga hasil pertanian, mengingat Sulsel sebagai lumbung pangan di 27 Provinsi.
“Karena kita ada kedaulatan pangan yang kita harus jaga. Kita mengamankan pertanian sehingga mempersempit pergerakan mereka dengan memanfaatkan isolasi karantina di hotel,” katanya.
Ia pun berharap, para pengurus ICATT bisa turut mensosialisasikan terkait pandangan-pandangan pandemi dalam syariat Islam.
Ia meminta peran tokoh agama untuk menyebarkan informasi ke masyarakat bagaimana solusi pandemi dengan melihat sudut pandang Islam.
“Kita harus membuktikan dan menunjukkan karakter Islam bahwa, Alhamdulillah Islam bisa bekerja dengan baik, Islam bisa memberikan solusi, Islam memiliki toleransi yang tinggi,” ungkapnya.
Makna toleransi, kata dia, tidak dengan turut menghadiri dalam acara keagamaan kepercayaan (agama) lain. Namun dengan memberikan kenyamanan dengan tidak mengganggu agama lain dalam berdoa.
“Mari buktikan bahwa Islam, kami bisa mengayomi seluruh agama, tanpa mencampuri kopi dan teh. Islam adalah agama rahmatan lil alamin,” tegasnya.
Dirinya pun mengakui, bahwa di Indonesia banyak pemahaman-pemahaman yang tidak benar atau sesat. Ia pun berharap, para ulama dan ustad untuk bersama dalam mengedukasi terkait pemahaman-pemahaman di luar syariat Islam.
“Kami atas nama Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan selalu membuka ruang ruang untuk berdiskusi untuk memberikan masukan kepada ICATT,” pungkasnya. (*)