Bulukumba,Beritasulsel.com-Gedung Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT) di Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan yang diduga mangkrak dan terbengkalai itu ternyata aset Pemerintah Daerah (Pemda) Bulukumba.
Hal itu dikatakan Ir. Achrar selaku Jabatan Fungsional (JF) Penata Laksana Penyehatan Lingkungan di Dinas Pengerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kabupaten Bulukumba. Rabu (10/7/2024).
Achrar mengatakan Gedung tersebut dibangun menggunakan APBD pada tahun 2020 melalui Dinas Perumahan, Pemukiman dan Pertanahan (DP3) dengan anggaran 2,2 Milyar. Itu sebelum terjadi perampingan OPD di Bulukumba, namun sekarang sejak 2021 Bidangnya (Penata Penyehatan Lingkungan) bergabung di Dinas PUPR Bulukumba.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Ditahun 2021 itu sebenarnya sudah berfungsi dan kebetulan kita sudah punya mobil penyedok tinja, namun belum maksimal pengelolaannya karena untuk operator belum ada anggaranya,” Kata dia.
Achrar mengatakan, pihaknya membutuhkan minimal empat tenaga operator yang akan mengelolah di gedung IPLT tersebut, namun ia terkendala dengan anggaran pengelolaan yang belum tersedia, baik sebelumnya di DP3 maupun sekarang di PUPR Bulukumba.
“Yang tersedia baru operator mobil penyedok tinja,” Katanya.
Ia juga menampik tudingan soal dugaan mangkraknya IPLT tersebut, menurutnya IPLT itu tetap dipake untuk tempat pembuangan lumpur tinja namun memang untuk pengelolaannya belum efektif.
“Saya sedikit klarifikasi soal terbengkalai, sebenarnya tidak terbengkalai ji, disana itu tetap terpakai pembuangan lumpur tinjanya,” Jelas Achrar.
Soal kondisi semak belukar yang mememenuhi gedung tersebut, Achrar mengatakan pihaknya ruting lakukan pembersihan dan perawatan. “itu kan ilalang (Alang-Alang) itu menjalar, dimusim hujan itu memang cepat tumbuh, kami itu sering bersihkan meskipun belum ada anggaran untuk operasional, sekali-kali kami suruh bersihkan, tapi akhir-akhir ini kondisi lagi musim hujan,” Tampiknya.
Selain itu, kondisi atap gedung IPLT yang sudah hancur karena diduga menggunakan bahan mudah rapuh (Seng Plastik Bening), Achrar mengatakan penggunaan atap untuk bening memang standar juknis pembangunan IPLT agar intensitas cahaya tetap ada yang masuk dalam gedung instalasi.
“soal atap pake fiber, memang spesifikasi untuk juknis IPLT itu supaya kolam pengelolaan cepat mengering,” Jelasnya.
Diketahui, IPLT merupakan instalasi yang dirancang untuk menerima dan mengelolah lumpur tinja yang diangkut melalui mobil truk tinja dari hasil penyedotan, setelah dilakukan proses pengelolaan di gedung IPLT, lumpur tinja melewati proses penyaringan di kolam penampungan , setelah lumpur tinja mengering di kolam IPLT, seterusnya akan diangkut dan dikemas untuk dijadikan pupuk organik.
Dari informasi yang dihimpun Beritasulsel.com, sejak gedung IPLT Kabupaten Bulukumba dibangun dari tahun 2020 sampai sekarang gedung instalasi tersebut belum pernah menghasilkan pupuk sama sekali, sementara Achrar membenarkan itu.
“Belum ada, karena di kolam SSCnya (Kolam penyaringan IPLT) baru dua yang penuh, karena belum efektif penyedotan, kemarin baru lumpur tinja dari rumah sakit yang besar penyedotannya,” Ungkapnya.
Diberitakan Sebelumnya
Bangunan Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT) di Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan diduga mangkrak, kondisi bangunan tampak terbengkalai nyaris tak terlihat dipenuhi semak belukar.
Dari pantauan jurnalis sulengka.id, pada Minggu (7/07/2024) lalu, kondisi gedung terlihat masih baru, namun diduga tidak ada aktivitas pengelolaan atau tidak difungsikan, sehingga bangunan tersebut terbengkalai. Tak hanya dipenuhi semak belukar, atap bangunan tersebut telah hancur.
Atap Hancur dan Ditumbuhi Semak Belukar
Menurut salah satu warga sekitar yang enggan disebut namanya, penyebab atap gedung IPLT itu cepat roboh karena menggunakan bahan yang rapuh (Seng plastik bening).
“Rangkanya masih bagus, atapnya saja hancur karena seng plastik bening ji dipasangkan”, Kata Warga Borong Manempa Desa Polewali Kecamatan Gantarang itu.
Warga lainnya yang berhasil ditemui dilokasi (IPLT) namun juga enggan disebut namanya, ia mengaku terlibat sebagai buruh saat pembagunan gedung IPLT itu berlangsung. ia mengatakan sebelum tahap pemasangan atap dilakukan, ada contoh jenis atap yang sempat diperlihatkan (bahan spandek) dibawa dari kabupaten Jeneponto, dimana di kabupaten tersebut juga dilakukan pembangunan IPLT, menurutnya dengan proyek yang sama.
“Ada seng (atap) bahan spandek dibawa dari Jeneponto, karena ada juga disitu toh (di jeneponto) dibikin (gedung IPLT), jadi itu atapnya dibawa kesini untuk jadi contoh, ada mungkin sepuluh lembar, tapi ternyata tidak ada ji, malah itu ji (sambil menunjuk seng plastik bening yang sudah hancur) yang disuruh pasang sama bos (pelaksana kegiatan),” kata dia.
“Seandainya difungsikan ini gedung atau bagus atapnya, tidak mungkin tumbuh rumput-rumput liar dan pohon-pohon dalam gedung seperti ini”, tambahnya.
Tidak Ada Aktivitas
Lebih jauh, pria paruh baya itu membeberkan, katanya sejak gedung IPLT itu selesai dibangun, tidak pernah ada aktivitas pengelolaan ditempat tersebut. Padahal, anggapannya di gedung itu bakal ada pengelolaan limbah menjadi pupuk.
“Itu juga didepan (Menunjuk Pos jaga dihalaman gedung IPLT) Posnya dibangun cantik, harusnya ada orang yang jaga disitu, tapi apa! tidak pernah ada, dibangun ji saja ini bangunan ,” sesalnya.
Penulis : Hendra Wiranto
Editor : Redaksi