Opini,Beritasulsel.com–Piala dunia Qatar telah memasuki babak semifinal. Empat negara yang telah lolos adalah Maroko, Argentina, Kroasia, dan Prancis.
Keempat tim ini akan saling berhadapan untuk memperebutkan tiket babak final. Argentina akan berhadapan dengan Kroasia sementara Maroko akan menantang Prancis.
Dari empat tim yang sudah menembus babak semifinal, sepertinya tim kuda hitam Maroko yang paling menyita perhatian dunia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Maroko memulai pertandingan piala dunia Qatar dengan melawan Kroasia dengan skor 0-0. Skor imbang dilaga ini sudah termasuk kejutan dan berkesan bagi timnas Maroko apalagi berhadapan Kroasia yang selalu konsisten masuk semifinal dan dihuni pemain terbaik dan kelas dunia seperti Luka Modric, Brozovic
Dipertandingan berikutnya Maroko secara mengejutkan menumbangkan generasi emas Belgia dengan skor 2-0 tanpa balas. Timnas Belgia yang bertabur bintang seperti Eden Hasard, Kevin Brune, Lukaku, Tibaut Kortuis dan lainnya harus menerima kenyataan pahit. Belgia sebagai Negara yang sering tampil sebagai peringkat satu dunia FIFA dibuat tak berkutif oleh Hakimi cs.
Pertandingan terakhir, Maroko berhadapan dengan Kanada. Lagi-lagi kemenangan diraih dengan skor 2-1. Kemenangan ini sekaligus mengantarkan Maroko sebagai juara grup F dan Kroasia sebagai Runner up, sementara tim unggulan Belgia angkat koper lebih awal untuk pulang kampung.
Babak perempatfinal Maroko berhadapan dengan tim unggulan lainnya yakni Spanyol. Banyak yang memberikan prediksi bahwa Spanyol tidak perlu berkeringat banyak untuk mengalahkan Maroko, mengingat Maroko tidak pernah punya sejarah menembus puturan perempatfinal.
Namun kejutanpun terjadi dibabak perdelepan final, Maroko sukses mengalahkan juara dunia Spanyol (2010) lewat adul finalti dengan skor 3-0, setelah bermain imbang 0-0 sepanjang pertandingan.
Selanjutnya dibabak perempat final Maroko secara mengagetkan dunia menumbangkan tim juara Eropa Portugal (2016) dengan skor 1-0. Generasi emas Portugal seperti Ronaldo, Joao Cancelo, Ruben Dias, Bernardo Silva, Bruno Fernandes dan lainnya harus berteguk lutut dihadapan timnas Maroko.
Kini Maroko telah sampai semifinal. Pencapaian menjadi catatan sejarah, Maroko menorehkan prestasi langka di tengah dominasi tim Eropa dan Amerika Selatan di Piala Dunia.
Maroko menjadi tim ketiga di luar dua wilayah tersebut yang mampu lolos ke semifinal, setelah Amerika Serikat (1930) dan Korea Selatan (2002).
Fakta lainnya, Maroko mencatatkan empat clean sheet (catatan tak kebobolan) di Piala Dunia ini, satu lebih banyak dari yang mereka catat dalam 16 pertandingan pertama mereka di kompetisi antara 1970 dan 2018.
Kini Maroko sudah sampai babak semifinal dan bersiap menghadapi timnas Prancis. Jika menang maka selangkah lagi Maroko menjadi juara dunia, mengingat perjalanan dari awal kompetisi ini bukan tidak mungkin Maroko punya peluang besar menjadi juara dunia tahun ini sekaligus menjadi kejutan yang sempurna baginya.
Keberhasilan Maroko menembus babak semifinal karena mereka sukses bermain secara tim, tidak banyak memainkan pola permainan secara individu. Pemain-pemain mereka memainkan permainan dengan operan satu kali sentuhan.
Tidak hanya itu, tak seperti kompetisi biasanya, Maroko tidak hanya punya kekuatan permainan, kekompakan tim, kerja keras pemain juga terlihat kekuatan doa ibu para pemainnya.
Salah satunya yang kita saksikan, Achraf Hakimi yang menjadi gol penentu Maroko lolos ke perempat final, melakukan selebrasi dengan mendekati sang ibu dengan menciumnya dan mengatakan “Aku mencintaimu Bu,”. “Hari ini, saya bermain untuk mereka.”
Langkah Hakimi ini tidak hanya membuat hati suporter, rakyat Maroko Lulu terharu, tapi juga seluruh penggemar bola sejagat.
Kemenangan Maroko kita belajar soal kerja keras, kerja tim, kekompakan dan doa sang ibu.
Penulis : Bakri Abu Bakar