Wajo, Sulsel– Sebanyak 72 orang peserta didik di Sekolah Budaya Bugis La Tiringeng To Taba mengikuti prosesi penamatan “Mappanre Temme” di lokasi rumah Adat La Tenri Bali di Atakkae, Minggu,19 Desember 2021.
Hadir dalam Mappanre Temme ini, Anggota MPR/DPD RI Dr. H. Ajiep Padindang, S.E., MM, Bupati Wajo Dr. H. Amran Mahmud, S.Sos, M.Si, Kepala Sekolah Budaya Bugis La Tiringeng to Taba, Drs. Sudirman Sabang, M.H., Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata, Dra. Dahniar Gaffar, serta yang mewakili Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Wajo, Kabid Pembinaan SMP, M. Yahya, S.Sos, Msi.
Selain itu hadir pula Kepala Sekolah Budaya Bugis (SBB) La Mellong Kab. Bone, Dra. Darmawati M.Pd dan Kepala SBB Latemmamala Kab. Soppeng, Dr. Abdul Karim M. Hum dan pemerhati budaya Andi Rahmat Munawar.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Anggota MPR/DPD RI, Ajiep Padindang merespon positif kegiatan “Mappanre Temme” yang dilaksanakan oleh Sekolah Budaya Bugis. Menurutnya, kekayaan intelektual komunal Wajo, jangan hanya menjadi seremonial atau pengakuan belaka, tetapi harus dilestarikan nilai-nilai pada kekayaan intelektual tersebut.
“Nilai-nilai kebudayaan yang bertransformasi memberikan arti yang baik untuk kehidupan harus senantiasa dilestarikan, bukan hanya sekadar seremonial tapi diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari,” tandas Ajiep Padindang.
Menurut Bupati Wajo, H. Amran Mahmud, kegiatan ini dalam rangka pelestarian nilai-nilai budaya, sekaligus pengimplementasian getteng (konsekuen, komitmen dan kepatuhan), macca (kecerdasan), warani (keberanian) serta lempu (kejujuran).
“Kearifan lokal ini yang harus dirawat dan dijaga untuk diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar H. Amran Mahmud.
Sementara itu, menurut Kepala Sekolah Budaya Bugis, La Tiringeng to Taba, Sudirman Sabang, mengatakan, dalam upaya sekolah budaya Bugis ini, diharapkan para alumni menyebarluaskan nilai-nilai budaya, bahasa dan aksara, sejarah dan kepribadian serta adat istiadat.
“Angkatan ketiga ini merupakan tindak lanjut dari angkatan I dan II untuk guru-guru SMP dalam rangka pelestarian bahasa dan aksara, karena bahasa Bugis sudah dikembalikan menjadi mata pelajaran di sekolah, selanjutnya akan diadakan juga pembinaan untuk guru sekolah dasar,” ungkap Sudirman Sabang.
Pada penamatan kali ini dilakukan pementasan budaya berupa tari tradisional, lagu daerah, dan puisi beraksara Bugis dan prosesi pelamaran (madduta). Adapun Kegiatan ini Terlaksana berkat kerja keras dari semua unsur sekolah Bugis Kabupaten Wajo, integritas, loyalitas, sekolah budaya Bugis, peserta didik guru SMP se- Kabupaten Wajo, yang telah dicurahi ilmu, budaya Bugis yang luar biasa.(prd)