Beritasulsel.com,Sinjai-Kepolisian Resor Sinjai berhasil mengungkap kasus penipuan online dengan modus skema segitiga dalam jual beli hasil Bumi jenis cengkeh. Pelaku tersebut merupakan warga Lampung Timur, Provinsi Lampung.
Dalam kasus ini, Polisi berhasil meringkus 2 tersangka penipuan masing-masing berinisial JI(21) dan RM (27) dari 6 pelaku yang telah ditetapkan sebagai tersangka. Sementara, 4 tersangka lainnya berstatus tahanan di Rutan Kelas IIB, Sukadana, Kabupaten Lampung Timur.
Kasat Reskrim Polres Sinjai, AKP Andi Rahmatullah mengatakan dalam jangka waktu sepekan setelah laporan masuk, Tim Tindak Pidana Tertentu (Tipiter) melakukan penelusuran dan berhasil mengungkapkan kasus penipuan modus skema segitiga itu.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Modus skema segitiga dimana korbannya adalah penjual dan pembeli dan mengalami kerugian sebesar Rp200 juta,” ujar Andi Rahmatullah didampingi Humas dan Kanit Tipiter Polres Sinjai saat menggelar Jumpa Pers, Selasa (18/2/2025).
Kasus ini berawal pada hari Rabu (15/1/2025) sekitar 16.30 wita seorang bernama H. Yusuf (nama samaran) menelpon korban saudara Hj. Ali bin Suki sebagai pemilik cengkeh dan menanyakan harga hasil bumi miliknya. Dalam perbincangan via Telepon, pelaku bertanya apakah barang milik ready? dan bertanya tentang harga cengkeh.
Kemudian korban mengatakan kepada pelaku bahwa barang yang ready sebanyak 3 ton dengan harga Rp110 ribu. Jika, dijemput di gudang maka dengan harga Rp110 ribu namun apabila barang cengkeh diantar ke lokasi harganya Rp111 ribu/kg. Akhirnya, pelaku dan korban sepakat bahwa 3 ton diantar ke lokasi dan disitulah peran H. yusuf (nama samaran) mengarahkan kepada Hj. Baji untuk membeli barang Hj. Ali.
Pelaku yang seolah-olah adalah pemilik cengkeh mulai beraksi dan menghubungi Saenal yang juga sebagai pekerja di tempat Hj. Baji mengaku memiliki cengkeh 3 ton untuk dijual. Dari informasi tersebut, pekerja menghubungi Hj. Baji bahwa ada yang ingin menjual cengkeh sebanyak 3 ton dan kemudian dijawab Hj.Baji agar diterima.
“Korban H. Ali pun mengirim 3 ton cengkeh dengan alamat yang telah dikirim oleh pelaku kemudian diterima oleh pekerja Hj. Baji dan ditanya oleh pekerja barangnya H. Yusuf?, selanjutnya H. Ali menjawab Iya dan barang tersebut langsung dibongkar oleh korban,”
Hanya saja, sebelum H. Ali sampai di lokasi tujuan yakni di desa Saotengah, Kecamatan Tellulimpoe, Kabupaten Sinjai pelaku menelpon bahwa dirinya tidak bisa bertemu secara langsung karena ada urusan di kota Bulukumba namun anggotanya menunggu di gudang dan selanjutnya pelaku akan melakukan transaksi.
“Setelah proses pembongkaran dan penimbangan ulang korban H. Ali mengirim hasil catatan dan timbangan kepada pelaku. Kemudian, pelaku juga mengirimkan bukti ke pekerja Hj. Baji sehingga selanjutnya Hj. Baji mengirim transaksi pembayaran melalui APP Brimo”,” ungkapnya.
Akhirnya, setelah semua proses selesai kata Andi Rahmatullah, korban H. Ali menunggu pembayaran dari penjualan cengkeh namun tak kunjung mendapatkan notifikasi dari Hj. Baji. Akhirnya, H. Ali mendatangi Hj. Baji dan bertanya tentang pembayaran cengkeh miliknya.
Siapa yang bayar cengkeh ku?, Hj. Baji menjawab sudah dibayar dengan memperlihatkan bukti transfernya dan H. Ali bertanya siapa yang kita kirimkan? Hj. Baji menyampaikan sudah dikirim ke H. Yusuf. Setelah menelpon sang pelaku nomor tersebut sudah tidak aktif.
“Kedua korban baru saya ternyata mereka telah tertipu oleh pelaku H. Yusuf (nama samaran),” katanya.
Dari kasus tersebut, pihak kepolisian menyita barang bukti berupa enam buah Handphone, satu buah buku rekening dengan pemilik atas nama Ansori.
“Nomor rekening BRI ini sebenarnya telah dijual dan berpindah-pindah, mulai dari harga dari orang pertama Rp50 ribu dan pindah ke orang kedua, hingga mencapai harga Rp1 juta yang digunakan pelaku,” bebernya.
Kedua tersangka ini dituntut pasal Pasal 28 Ayat (1) Jo Pasal 45 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Jo Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUH Pidana dengan dugaan TP dengan ancaman 6 tahun penjara. (***)