Beritasulsel.com – Penerima BPNT atau KPM Warga Desa Bonto Mangiring, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulsel, mengaku dipaksa belanjakan uang yang mereka terima pada bulan 1, 2, dan 3 ke warung agen BPNT dengan harga yang sangat mahal.
Para Keluarga Penerima Manfaat (KPM) tersebut mengaku tidak bisa menolak karena mereka diancam bila tidak mau belanja ke warung agen BPNT, maka namanya akan diicoret sebagai penerima.
“Terpaksa kami belanja pak karena kami diancam bulan depan tidak bisa lagi menerima BPNT kalau tidak mau belanjakan uang bantuan tersebut sebanyak Rp600 ribu ke warung agen,” ucap KPM yang dikonfirmasi beritasulselcom pada hari Rabu (26/4/22)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami dikasi beras 30 kilo dengan harga Rp300 ribu berarti 10 ribu per kilo, padahal di pasar hanya 7 ribu per kilo, kemudian kami dikasi 3 rak telur dengan harga 150 ribu berarti 50 ribu per rak, kalau harga pasar 35 ribu per rak. Lalu kami dikasi 12 biji apel harga 75 ribu, kemudian ikan asap 50 ribu dan bawang merah 25 ribu,” bebernya.
Berikut ini penampakan nota pembelian KPM Bonto Mangiring dari agen BPNT atau E-warung Desa Bonto Mangiring.
Agen BPNT Desa Bonto Mangiring, Rosma yang dikonfirmasi membenarkan hal itu bahwa para KPM belanja ke warungnya dengan harga yang mahal, tapi kata Rosma, bukan dirinya yang melakukan tapi penyedia.
“Saya memang E-warung BPNT tapi yang menentukan adalah penyedia atas nama pak Asdar, pak Asdar ini mengaku sebagai LSM dan dialah penyedia di sini. Dia pakai kiosku menyimpan beras, telur, buah buahan dan barang lainnya kemudian dia salurkan ke KPM,” ucap Rosma.
Asdar yang dikonfirmasi terpisah melalui telpon genggamnya pada hari yang sama mengaku tidak pernah memaksa para KPM untuk belanja ke warung agen.
“Tidak ada unsur paksaan pak, mereka (KPM) sendiri yang mau belanja, saya hanya menyediakan komoditi di warung agen, kalau KPM mau belanja silahkan tapi kalau tidak mau maka tidak dipaksa,” ucap Asdar.
Saat ditanya apa kiat kiatnya sehingga para KPM ini mau belanja di warung agen meski barang di sana harganya mahal beda dengan harga oasar?. Asdar mengatakan bahwa hal itu karena telah menjadi kebiasaan KPM belanja di warung tersebut.
Asdar juga mengaku bukan LSM seperti yang diungkapkan oleh Rosma, Asdar mengaku dari organisasi Komite Nasional Pemuda Indonesia atau KNPI.
“Kalau dibilang LSM, bukan, bukan LSM. (saya) banyak di KNPI juga toh,” ucapnya menandaskan.
Editor: Heri.