Beritasulsel.com – Dalam rangka pengembangan Desa Wisata dan optimalisasi Bumdes, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sinjai mengikuti benchmark di Bali.
Kegiatan tersebut diinisiasi oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Perwakilan Sulampua. Kegiatan yersebut juga diikuti oleh Biro Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan, Bank Sulselbar, Bank Indonesia, Kadis PMD Provinsi Sulsel, Kadis Pariwisata Sulsel, Asisten II Setprov Sulsel, Asisten II Setdakab Sinjai, Sekretaris Dinas Pariwisata dan kebudayaan Sinjai, Kabid Pengembangan Pemasaran Pariwisata Sinjai, Kabag Ekonomi Setdakab Sinjai, Pemerintah Kabupaten Maros dan Pemerintah Kabupaten Toraja Utara.
Acara tersebut berlangsung di Aula Pemprov Bali dan diterima oleh Asisten II Setprov Bali. Sabtu, 30/08/2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Asisten II yang mewakili Sekda Provinsi Bali I Dewa Putu Sunarta menyampaikan terima kasih atas kunjungannya dalam rangka benchmark ke Desa Wisata di Bali.
“Sejak 2013 Pemprov Bali telah mencanangkan program 100 Desa Wisata. Keterlibatan Bumdes yang bersinergi dengan Desa Adat telah menjadikan Desa Wisata tersebut mampu berkontribusi bagi pemberdayaan masyarakat”, Jelasnya.
Setelah penerimaan dilanjutkan dengan kunjungan ke Desa Wisata Penglipuran di Kabupaten Bangli. Penglipuran merupakan desa terbersih di dunia dan telah mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 2 Milyar dari pengelolaan Desa Wisata tersebut.
Sekretaris Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Sinjai, Andi mengatakan bahwa Kabupaten Sinjai yang saat ini sedang giat-giatnya mengelola Desa Wisata, sangat optimis mampu menjadikan sektor pariwisata menjadi salah satu sumber pendapatan utama daerah.
“Terdapat beberapa Desa yang saat ini sangat berpotensi antara lain Desa Bonto Tengnga, Desa Tongke-Tongke, Desa Pulau Persatuan dan Desa Barania”, ungkap Andi.
“Diharapkan kepala desa yang lain juga bisa lebih berinovasi untuk menjadikan desanya sebagai desa wisata yang akan berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat”, pungkasnya. (Sambar)