Namanya Makka, usianya 42 tahun, pegawai PT Huadi Nickel-Alloy Indonesia dibagian Jetty atau tempat bersandarnya kapal-kapal di pelabuhan PT Huadi sejak 2018.
Sekilas jika melihatnya, tak ada yang berbeda pada diri Makka. Namun jika berada didekatnya, barulah kita tahu bahwa ia penyandang disabilitas fisik.
Daeng Makka, sapaan sehari-harinya bertugas pada saat kapal tongkang akan bersandar pada pelabuhan PT Huadi.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Daeng Makka harus selalu standby di ramp door (pintu rampa) pada kapal yang berfungsi sebagai jembatan penghubung antara kapal dengan dermaga sehingga bisa digunakan untuk akses keluar masuknya kendaraan ataupun muatan yang akan diangkut oleh kapal.
Tugas Daeng Makka adalah mengatur dan mengarahkan masuknya kapal serta memastikan keamanan dan keselamatan mobil-mobil yang keluar-masuk menyeberang ke kapal tongkang.
Daeng Makka adalah penyandang disabilitas fisik. Kaki kanannya pincang akibat kecelakaan bermotor pada tahun 2011. Setahun lebih Daeng Makka tak bisa beraktifitas akibat kecelakaan itu. Namun, berkat kegigihannya, perlahan ia mulai bisa berjalan dengan bantuan alat. Kini, Daeng Makka sudah mampu untuk beraktifitas dan bekerja meski pincang dan harus memegangi kaki kirinya jika berjalan. “Kayak terbakar ki saya rasa kakiku kalau satu jam jalan”, ujarnya.
Sudah 4 tahun Daeng Makka bekerja pada PT Huadi. Daeng Makka kini berstatus sebagai pegawai tetap setelah sebelumnya menjadi pegawai kontrak selama tiga tahun.
Sebagai pegawai tetap, Daeng Makka sudah menikmati fasilitas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, juga berkesempatan mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh perusahaan.
Daeng Makka merasa sangat bersyukur dan berterima kasih karena telah diberi kesempatan bekerja di Huadi meski memiliki kekurangan.
“Sekarang gaji tetap, kalau dulu kan jadi nelayan penghasilannya tidak menentu. Kadang satu bulan tidak ada pemasukan. Kadang istri harus utang di warung, pakai bon beli beras. Sekarang bisa mi beli motor” ungkapnya.
Daeng Makka juga mengungkapkan bahwa dulu 2 (dua) anaknya terpaksa putus sekolah karena ketiadaan biaya. Kini ia mampu menyekolahkan anak bungsunya di salah satu SMA di Bantaeng.
*Sumber: IG huadiindonesia