Respons negatif disematkan oleh manajer Bhayangkara FC, Sumardji, terkait hasil akhir saat timnya bersua PSM Makassar. Dalam laga leg II Piala Indonesia 2018 yang berakhir bagi kemenangan PSM dengan skor 2-0 (agregat 4-4), Sumardji menilai ada kecurangan yang terjadi.
Semua bermula saat laga memasuki menit ke-27. Bhayangkara FC yang mendapat situasi bola mati di depan kotak 16 PSM sejatinya sukses mamecah angka lewat eksekusi Anderson Salles.
Bola hasil sepakan bek berkebangsaan Brasil itu sempat mengenai mistar gawang sebelum akhirnya masuk melewati garis. Rivky Mokodompit yang menjadi pemain terakhir bahkan tak mampu berkutik merespons tendangan Salles.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Alih-alih mengesahkan gol, Nusur malah bergeming. Bola sepakan Salles dianggap tak gol meski dari tayangan ulang terlihat bola sudah sepenuhnya masuk.
Pertandingan pun tetap berjalan kendati hampir seluruh pemain Bhayangkara FC mengajukan protes. Dan, pada saat yang bersamaan, pemain PSM justru melakukan serangan balik yang berujung kepada gol yang diciptakan oleh M. Rahmat.
Menurut Sumardji, laga tersebut patut diusut. Sebab, kejadian yang merugikan Bhayangkara FC itu terbilang berani menodai aspek sportivitas sepak bola.
“Percuma juga adanya Satgas Antimafia bola, tidak berguna untuk wasit bejat itu. Bagi saya kalah menang itu hal biasa, tapi kalau memenangkan seperti itu, ya, aneh. Terus itu gol tapi dianulir, ya kalau dianulir semua protes, wasit seharusnya menghentikan pertandingan,” ujar Sumardji usai laga di Stadion Andi Mattalatta, Jumat (3/5).
“Ini bukan pertandingan, ini seperti sirkus. Jadi sudah ada pesanan, saya tidak tahu siapa yang pesan. Ini sudah ada pesanan untuk klub yang bertanding, ini yang menang A atau B. Harapan kita dengan adanya Satgas ini wasit memimpin pertandingan dengan baik tapi tidak pengaruh, masih saja wasit seperti ini,” lanjutnya.
Nusur sejatinya sempat mencuri perhatian dengan menyabet wasit terbaik di turnamen pramusim bertajuk Piala Presiden 2019 lalu. Akan tetapi, menurut Sumardji, predikat tersebut menjadi tak berguna.
“Ini harus diperiksa dan PSSI harus turun tangan. Ini harus ada tindakan, seperti dihukum seumur hidup dan wasit (yang tidak fairplay) semuanya harus dihukum,” ucap pria yang berpangkat AKBP Kepolisian RI tersebut.
Di pengujung kritikannya, Sumardji memang tak menaruh rasa curiga pada PSM. Ia bahkan tak sama sekali tak menyalahkan proses gol PSM.
“Saya tidak berani ngomong gitu (PSM bayar wasit) dan saya sudah bilang kalau ini sudah ada pesanan. Saya tegaskan, ya, saya tidak ngomong tuan rumah atau tidak yang pesan wasit, tetapi pertandingan ini sudah pasti dan pesanan,” katanya.[kumparan]