Beritasulsel.com – Bupati Kepulauan Selayar, H.M Basli Ali menghadiri The 31st session of the Man and the Biosphere (MAB) Programme International Coordinating Council di Perancis. Dalam kegiatan Internasional yang dihadiri ini, membahas cagar biosfer dunia, dimana salah satu cagar biosfer dunia berada di Kabupaten Kepulauan Selayar, yakni Taman Nasional Takabonerate.
Dalam penetapan dan deklarasi dua Cagar Biosfer Togean Tojo Una Una dan Cagar Biosfer Saleh Moyo Tambora, yang ditetapkan oleh member state ICC MAB juga dihadiri oleh Gubernur Sulawesi Tengah, Wakil Gubernur NTB, Bupati Sigi, Bupati Poso, Bupati Dompu, Bupati Bima, Walikota Bima, Bupati Sumbawa, Bupati Kepulauan Selayar, Bupati Kapuas Hulu, dan para Kepala Balai dan Balai Besar di wilayah cagar biosfer tersebut.
Melalui pesan singkat WhatsApp, Bupati Selayar mengatakan bahwa bagi pemerintah daerah, keberadaan cagar biosfer akan bermanfaat untuk pengembangan ekonomi berkelanjutan, mempertahankan nilai sosial budaya dan citra pemerintah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sementara bagi sektor swasta, cagar biosfer akan memberikan nilai berupa penyediaan komoditas.
Memiliki cagar biosfer juga memberikan akses bagi tampilnya nama Kabupaten Kepulauan Selayar di forum Internasional. Menurutnya, cagar biosfer juga bermanfaat untuk sejumlah kebutuhan.
“Misalnya, bagi masyarakat di sekitarnya, bisa menggerakkan aktivitas jasa ekosistem, kegiatan produksi dan kelestarian budaya,” ungkapnya.
“Kami selaku Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar, memberikan apresiasi yang tinggi atas pendeklarasian cagar biosfer dunia bagi Takabonerate pada tahun 2015 lalu, dan Kami berharap sebagai daerah yang memiliki cagar biosfer, bisa memberikan manfaat, utamanya bagi masyarakat yang berada di kawasan cagar biosfer, Taman Nasional Takabonerate” sambungnya.
H.M Basli Ali juga menegaskan pentingnya dukungan dan masukan dari berbagai pihak untuk memaksimalkan tata kelola cagar biosfer Taman Nasional Takabonerate nantinya.
“Dukungan dari para pemangku kepentingan yang beragam, tentunya akan menjadi modal berharga dalam mengembangkan dan mencapai makna penting dari keberadaan cagar biosfer ini,” kunci H.M Basli Ali yang dikenal sebagai salah seorang pimpinan daerah yang muda dan energik dalam membangun daerahnya.
Sementara itu Dr. Ir. H. Marjani Sultan M.Si ahli Kelautan Dan Perikanan yang turut hadir memenuhi undangan mendampingi Bupati Kepulauan Selayar, menyampaikan melalui pesan whatsapp (20/6) bahwa cagar biosfer, bisa menjadi muara kegiatan konservasi, pembangunan ekonomi berkelanjutan dan pasokan kebutuhan logistik (Riset, Monev, Pendidikan Dan SDM). Dimana Cagar Biosfer juga merupakan laboratorium alam bagi pembangunan berkelanjutan.
Selain itu, juga memiliki manfaat sebagai kawasan konservasi yang akan mendukung kelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistem. Cagar biosfer juga akan bermanfaat sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya sebagai laboratorium alam.
Dalam pertemuan Internasional ini juga berlangsung deklarasi Samota sebagai cagar biosfer dunia di NTB. Selain Samota, satu cagar biosfer lainnya di Indonesia juga dideklarasikan, yaitu Togean, di Kabupaten Tojo Una-Una, Sulteng.
Dideklarasikan pula cagar biosfer baru di Austria, Po Grande dan Julian Alps di Italia, Gangwon Eco-Peace dan Yeoncheon di Korea Selatan, Lake Elton di Russia, Alto Turia dan La Siberia and Valle del Cabriel di Spanyol, Lubombo di Eswatini, Nordhordaland di Norwegia dan Roztocze di Polandia.
Pengakuan cagar biosfer memiliki makna penting sebagai cara pengelolaan kawasan untuk kepentingan pembangunan ekonomi berkelanjutan dan konservasi. Sekaligus, didukung oleh kajian ilmiah.
14 Cagar Biosfer yang ada di Indonesia dengan total luas25.015.686 hektar, yaitu : (1) CB Cibodas ditetapkan tahun 1977, (2) CB Lore Lindu-1977, (3) CB Komodo-1977, (4) CB Tanjung Puting (5) CB Siberut-1981, (6) CB Leuser-1981, (7) CB Giam Siak Kecil Bukit Batu-2009, (8) CB Wakatobi-2012, (9) CB Taka Bonerate Kep.Selayar-2015, (10) Bromo Tengger Semeru Arjuno-2015, (11) CB Belambangan, 2016, (12) CB Berbak Sembilang-2018, (13) CB Rinjani Lombok-2018, (14) CB Betung Kerihun Danau Sentarum Kapuas Hulu-2018.
Keempat belas cagar biosfer tersebut mewakili hampir seluruh tipe ekosistem dan fenomena geologi di Indonesia, seperti hutan tropis di berbagai ketinggian, pegunungan api aktif, karst, ekosistem pantai, padang lamun, terumbu karang, sampai ke laut dalam, serta nilai peninggalan sejarah arkeologi dan fenomena geologi dan kegunungapian, yang dihuni oleh masyarakat dengan ragam budayanya yang sangat beragam, maka cagar-cagar biosfer di seluruh Indonesia menyandang nilai-nilai sangat penting dan bersifat lokal sekaligus global.(HMS/IL)