Oleh Bang Irwan
*“Guru Menjerit, TPP Belum Terbayar 5 Bulan”*, itulah judul berita online yang sempat saya baca hari ini. Sudah lima bulan menurut berita ini guru-guru SMA dan SMK di Sulawesi Selatan belum menerima tambahan penghasilan pegawai (TPP) yang merupakan hak mereka. Lima bulan itu hampir setengah tahun, bukan waktu yang singkat untuk mensiasati keuangan keluarga tanpa tambahan penghasilan yang umumnya menjadi penyangga ekonomi keluarga kalangan PNS.
Saya punya teori, bahwa pekerjaan strategis yang membutuhkan konsentrasi dan perhatian tinggi seperti guru, hanya bisa berhasil jika “dapur” untuk keluarga mereka terjamin. Jika tidak, konsentrasi mereka akan terpecah dan mungkin dedikasi mereka akan terganggu. Itulah mengapa di negara-negara dengan kualitas SDM unggul seperti Finlandia dan beberapa negara Skandinavia, profesi guru merupakan pekerjaan sangat terhormat, terjamin dan bergaji tinggi. Jadi, jika guru-guru kita terlihat tidak fokus mengajar siswa-siswinya, boleh jadi karena pemerintah mengabaikan dapurnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Keterlambatan TPP dalam pemerintahan adalah hal yang lumrah terjadi. Tetapi keterlambatan hingga berlangsung lima bulan, itu sudah masuk kategori kegagalan kepemimpinan. Di era Gubernur andalan, pernah juga keterlambatan TPP guru terjadi selama tiga bulan. Sayangnya, informasi tentang keterlambatan tersebut telat sampai ke telinga Gubernur. Setelah mendapatkan keluhan di media sosial, Gubernur andalan sangat “murka”. Dipanggilnya seluruh jajaran pejabat Dinas Pendidikan Provinsi dan mengeluarkan perintah, “Semua pejabat, jangan ada yang tinggalkan kantor sebelum semua TPP guru terbayar!”. Walhasil, kurang lebih dua hari urusan-urusan administratif yang menghambat dibayarkannya TPP guru bisa selesai.
Sebenarnya, dalam sistem pemerintahan setiap persoalan ada jalan keluarnya. Yang jadi masalah, pemimpin dan pejabatnya mau memikirkannya atau tidak. Apalagi jika kendala itu hanya berupa adminitrasi. Gubernur andalan selalu mengatakan, “Berkas (dokumen) itu tidak ada kakinya. Tidak bisa jalan sendiri. Jadi kalau tidak diurus, dimonitor, didorong, maka urusan berkas tidak akan pernah selesai.” Dan itu dibuktikan selama kepemimpinannya. Setiap kendala yang berkaitan dengan adminitrasi, selalu bisa diselesaikan dengan cepat. Asal pemimpinnya mau.
Pernah kejadian tahun 2022, ASN Pemprov Sulsel diliputi gelisah. Sudah jelang lebaran, tapi TPP dan THR untuk mereka belum juga ada tanda-tanda cair. Gambaran suram lebaran ASN tahun itu mulai terbayang di mata mereka. Tidak lama sampai juga informasi tersebut ke telinga Gubernur andalan. Ditanyakan ke Badan Keuangan, ternyata dananya ada, hambatannya di adminitrasi. Maka keluarlah perintah, semua kepala Dinas nginap di kantor bersama pejabat bawahannya sampai TPP dan THR ASN mereka cair. Hanya butuh dua hari, semua urusan administrasi selesai hingga TPP serta THR ASN dapat dinikmati saat lebaran.
Sekali lagi, ini soal kemauan. Soal komitmen terhadap nilai kepemimpinan. Nabi Muhammad Saw mengatakan, “Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering.” *(HR. Ibnu Majah)*. Di mana harga keringat guru-guru kita? Tidak takutkah para pemimpin dan pejabat ketika mereka diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinan mereka? Nabi Saw mengingatkan, “Menunda penunaian kewajiban (bagi yang mampu) termasuk kezholiman” *(HR. Bukhari dan Muslim)*
Semoga Penjabat Gubernur yang baru, bisa memuliakan keringat guru dengan nilai yang sepantasnya…
_Wallahu A’lam…_