Beritasulsel.com – Tidak kurang dari 30 hektar tanaman padi di Lembang Gogoso Kelurahan Mannanti Kecamatan Tellulimpoe Kabupaten Sinjai meranggas kekeringan dan gagal panen yang diperkirakan akan menimbulkan kerugian bagi petani hingga mencapai miliaran rupiah.
Hal tersebut untuk pertama kalinya terungkap setelah Satgas Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops-PB) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sinjai yang dipimpin langsung Kepala BPBD, Budiaman melakukan pemantauan dan pendataan potensi dampak kemarau di Kabupaten Sinjai, pada Minggu (18/08/2019).
Dalam kesempatan itu, Budiaman yang didampingi Kepala Seksi Pencegahan pada Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD beserta operator Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Pusdalops-PB Sinjai, selain menyaksikan langsung kondisi padi para petani, juga memantau tingkat ketersediaan air bersih di sekitar pemukiman warga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat berada di areal persawahan, beberapa petani justeru mengajak tim tersebut untuk melihat kondisi padinya pada beberapa petak sawah lainnya yang menurutnya masih berpotensi untuk diselamatkan dari kekeringan selama irigasi Balang Riri yang ada di sekitarnya dapat difungsikan secara maksimal.
Karena itu, Ketua Kelompok Tani Minasae I Lembang Gogoso, Ridwan bersama beberapa anggota kelompok tani lainnya memilih untuk bergotong royong dengan membiayai sendiri perbaikan irigasi sebagai satu-satunya harapan untuk menekan angka kerugian yang lebih besar bagi petani akibat kemarau.
“Jika potensi sumber air yang tersedia di sekitar lokasi tidak dapat dimaksimalkan dalam waktu singkat ini, baik itu yang bersumber dari irigasi maupun dengan pembuatan sumur bor, maka kerugian yang saat ini sudah mencapai 30 sampai dengan 40 hektar, hampir dapat dipastikan akan mencapai ratusan hektar”, jelas Ridwan.
“Semua upaya yang bisa kami lakukan secara bersama dengan para petani yang ada di sini, telah kita optimalkan, tetapi kami belum mendapat hasil yang maksimal, sehingga kami berharap agar segera ada langkah-langkah konkret dari instansi terkait, baik yang menangani masalah irigasi maupun yang berkompeten untuk membantu pembuatan sumur bor”, harapnya.
Menurut Ridwan, kalau hal tersebut bisa dilakukan, maka kerugian serupa bagi petani pada tahun-tahun mendatang dapat diminimalisir, sehingga harapan bukan hanya karena kondisi hari ini, tetapi juga untuk jangka panjang.
Sebelumnya, warga setempat, Habring telah memposting pada akun facebooknya akan kondisi tanaman padi di wilayah itu sembari berharap akan mendapat perhatian untuk secepat mungkin ada upaya dan solusi menyelamatkan tanaman yang tersisa, baik melalui pemanfaatan irigasi ataupun pembuatan sumur bor.
“Penderitaan para petani akibat tingginya biaya produksi yang harus dikeluarkan mulai dari pengadaan bibit sampai dengan pupuk dan sewa alsintan, sesungguhnya sudah cukup membebani ekonomi para petani kita, sehingga gagal panen yang harus dialaminya pada beberapa hektar sawah saat ini, menanti perhatian bersama untuk mengantisipasinya”, harap Habring. (Sambar)