“Di tengah pembicaraan itu, Andi Rian juga menyinggung istriku yang bekerja di Polres Sidrap. Dan sebelum mengakhiri pembicaraan itu, Andi Rian peringati saya. Lalu beberapa hari setelah pembicaraan itu, keluarlah mutasi dari Polda Sulsel dan nama istriku ada di dalamnya. Istriku dipindahkan jauh ke Pulau Selayar. Jadi, saya katakan bahwa Polri sekarang sudah menjadi anti kritik,” terang Heri.
“Pak Wakapolri pernah mengatakan bahwa jika melihat ada polisi yang melakukan pungli, maka rekam dan beritakan, lalu polisi itu akan dipecat karena remo polisi sudah banyak, jadi tidak boleh lagi melakukan pungli. Tapi buktinya, saya beritakan namun bukan pelakunya yang dipecat, melainkan istri saya yang dimutasi,” tambahnya.
“Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga pernah bilang bahwa jika ada warga yang mengkritik polisi dengan pedas, maka dia adalah sahabat Kapolri. Tapi kenyataannya, setelah saya memberitakan adanya oknum polisi yang melakukan pungli, bukannya jadi teman polisi, saya malah dijadikan lawan. Jadi, semua yang dikatakan Kapolri itu hanya pencitraan semata,” ketusnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Saat ini, Gustina Bahri yang tidak terlibat dalam pemberitaan tersebut harus menanggung akibat dari pekerjaan suaminya sebagai jurnalis.
Gustina Bahri bersama anak perempuannya yang berusia 4 tahun kini tinggal di sebuah rumah kost di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Anaknya terpaksa meninggalkan sekolahnya di TK Bhayangkari Sidrap karena ibunya harus menanggung dampak dari pemberitaan yang diangkat oleh suaminya.
“Lalu, masih adakah keadilan di negeri ini?,” pungkas Heri. (Beritasulsel.com jaringan beritasatu.com/***)