Parepare, Sulsel – Aplikasi AJPAR merupakan terobosan baru dalam dunia transaksi online yang lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, dan kini hadir untuk melayani seluruh Indonesia. Aplikasi ini menawarkan berbagai fitur dengan harga yang sangat terjangkau, mendukung pemberdayaan UMKM, serta memastikan kesejahteraan bagi penggunanya, terutama bagi driver dan merchant.
“Salah satu keunggulan AJPAR adalah biaya transaksi yang sangat rendah. Sebagai contoh, ketika konsumen memesan layanan transportasi seperti motor atau mobil, AJPAR hanya mengambil fee sebesar 8-11%. Artinya, driver memperoleh bagi hasil yang lebih besar, yakni 89-91%. Ini memberi manfaat langsung kepada pengemudi yang menjadi mitra AJPAR,” ucap Ibrahim Fattah, Akademisi Universitas Muhammadiyah Parepare.
Selain itu, lanjutnya, AJPAR berfokus pada pemberdayaan UMKM. Saat konsumen memesan makanan atau barang, harga yang tertera di aplikasi adalah harga yang dibayar oleh konsumen, tanpa markup. Sebagai contoh, jika harga makanan di merchant adalah Rp. 20.000, maka konsumen membayar sebesar itu juga. Hal ini membuktikan bahwa AJPAR memberikan kesempatan yang adil bagi UMKM, yang harga jualnya tidak terpengaruh oleh biaya tambahan yang dibebankan oleh platform.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pernah muncul pertanyaan dalam berbagai sosialisasi AJPAR. Bagaimana AJPAR mendapatkan keuntungan jika harga yang tertera di aplikasi tidak dimarkup?.
Ibrahim Fattah mengatakan, jawabannya sederhana, AJPAR memperoleh penghasilan dari fee yang dibayarkan oleh driver, yang berkisar 8-11%. Sehingga, meskipun tak mengambil banyak keuntungan dari merchant, AJPAR tetap bisa berkembang berkat bagi hasil yang didapatkan dari para driver.
“Dengan begitu, AJPAR berperan penting dalam mendistribusikan perekonomian di daerah-daerah, baik untuk UMKM maupun tukang ojek yang terlibat. Mereka mendapatkan bagian yang lebih besar, yang pada gilirannya mempercepat perputaran ekonomi di daerah masing-masing,”jawabnya.
Perlu diketahui, Aplikasi AJPAR juga menyediakan berbagai fitur yang mendukung kebutuhan sehari-hari masyarakat, mulai dari layanan antar barang, makanan, hingga berbagai kebutuhan perkantoran. Aplikasi ini dapat diunduh di Playstore melalui perangkat Android, dan pengguna perlu melakukan top-up untuk mengisi saldo dompet AJPAR agar dapat bertransaksi.
Pertanyaan lainnya, mengapa penggunaan AJPAR belum begitu meluas?. Ibrahim Fattah menjelaskan, salah satu alasannya adalah aplikasi ini masih baru yang diluncurkan pada September 2024, sehingga masih dalam tahap pengenalan. AJPAR kini berusia sekitar 5 bulan, dan diharapkan lebih banyak orang mengenal dan memanfaatkan aplikasi ini. Masyarakat pun bisa bergabung dengan AJPAR dengan cara menjadi koordinator, yang bertugas merekrut tim marketing untuk memperkenalkan aplikasi ini kepada publik.
“Sebagai koordinator, seseorang akan menandatangani Perjanjian Kerjasama (PKS) yang mengatur hak dan kewajiban serta penghasilan yang akan diterima setiap bulan. Sedangkan tim marketing bertugas untuk mempromosikan AJPAR kepada berbagai kalangan, baik sebagai konsumen, merchant, maupun driver,”ujarnya.
Strategi pemasaran AJPAR sangat mengutamakan pemberdayaan. Para koordinator dan timnya dilengkapi dengan ID Card dan kode referal yang disepakati bersama, sehingga mereka bisa memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat luas. Ini sejalan dengan semangat AJPAR untuk menciptakan peluang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan konsep pemberdayaan yang kuat, AJPAR diharapkan mampu memperluas jangkauannya ke seluruh Indonesia. Bagi Anda yang tertarik untuk mencoba aplikasi AJPAR, tunggu apa lagi? Ayo bergabung dalam revolusi ekonomi digital ini. (*)