Parepare, Sulsel – “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Pribahasa ini menjadi gambaran potensi yang ada dalam diri Ketua Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Parepare, Hj Erna Rasyid Taufan.
Banyak yang penasaran dari mana asal kemampuan dan potensi istri Taufan Pawe, Wali Kota Parepare itu hingga akhirnya bisa menjadi seorang penceramah, bahkan hingga ke mancanegara.
Saat ditelusuri, ternyata kakek buyut ERAT, akronim Erna Rasyid Taufan merupakan tokoh muslim berpengaruh dan tersohor di Toraja. “Saya mengkonfirmasi ini sesudah membaca berita Ibu Erna tentang angka sakral kelahiran beliau 112. Di dalam pemberitaan tertulis beliau bukan dari keturunan penceramah atau ulama, oleh karena itu perlu bagi saya sebagai keluarga besarnya mengonfirmasi ini,” ungkap Muhammad Iqbal Marewa, sepupu Erna Rasyid Taufan dengan dialek khas Toraja ini, Sabtu, 4 Desember 2021.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Iqbal sapaan karib dia mengungkapkan, kakek buyut Erna Rasyid Taufan merupakan tokoh muslim besar yang di Toraja. Kakek buyut yang bernama Puang Marewa itu tersohor dengan sapaan Imang Tua. “Saat pertama kali Islam masuk, kakek kamilah salah satunya yang mempunyai peran andil sebagai pendiri muslim Toraja. Jadi kalau ke Toraja, kami keturunan Puang Marewa dikenal cucu-cucu generasi ke-4 dari Imang Tua,” kisah Iqbal.
Oleh karena itu kata Iqbal, darah keturunan sebagai penceramah dan penyiar agama Islam sangat kental dalam diri Erna Rasyid Taufan sebagai warisan karakter yang diturunkan oleh nenek moyangnya. “Bukan Cuma kakek beliau (Erna Rasyid Taufan), tetapi juga ayahnya Ibu Erna namanya Pak Rasyid juga merupakan TNI yang disegani. Beliau sering mengajar anak-anak mengaji, dan ceramah apalagi di kesatuan TNI-nya. Jadi memang keluarga kami itu keturunan suka ajar mengaji orang,” kata Iqbal.
Saat dikonfirmasi, Erna Rasyid Taufan pun juga menceritakan, banyak keluarga dari pihak ayah dia melakukan protes lantaran menilai Erna Rasyid Taufan tidak berlatar belakang dari keluarga penceramah. “Sepupu-sepupu saya protes. Saya juga baru ingat kalau Bapak saya di sela-sela tugasnya sebagai Tentara juga sering diundang ceramah terutama pada Bulan Ramadhan Taraweh. Bapak banyak mengisi di masjid-masjid, terutama di masjid Je’ne Taesa, tempat saya dibesarkan,” ungkap Erna.
Isi ceramah yang dibawakan oleh sang ayah lanjut dia menyerupai cirri muatan ceramah yang ia sampaikan di setiap pertemuan. “Dan isi ceramah hampir sama dengan saya lebih banyak ke ilmu hikmah. Saya dan Bapak sangat jarang bahas fikih,” kata Pembina Forum Kajian Cinta Alquran (FKCA) Parepare ini. (*)