Beritasulsel.com – Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia(KONI) Parepare, Fadly Agus Mante angkat bicara terkait terhambatnya dana hibah Askot PSSI Parepare.
Mantan legislator ini menyebut ada hal klasik tapi urgent yang membuatnya tidak bisa mencairkan dana hibah tersebut.
“KONI dalam menyalurkan Hibah harus sesuai dengan aturan, seperti contohnya Kepengurusan cabang olahraga (cabor) harus definitif,” bebernya, Minggu (17/11/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hingga saat ini posisi kepengurusan Askot PSSI Parepare kata pria yang akrab disapa Awink ini dijalankan oleh pelaksana tugas(Plt).
“Dan Plt itu terbatas otoritasnya, ada 4 diktum dalam SK salah satunya mempercepat kongres atau muskot, yang jelas Plt ditunjuk itu untuk percepatan atau pelaksanaan pembentukan pengurus baru yang definitif dan legal Secara de facto, Askot PSSI ada, namun secara de yure a Askot PSSI itu tidak ada,” jelasnya.
Awink pun memberikan ultimatum kepada Askot PSSI Parepare untuk segera melakukan kongres dalam upaya reformasi di tubuh organisasi yang menanungi club sepak bola dan SSB di Kota Parepare tersebut.
“Sampai tanggal 20 Desember 2024, kami masih menyiapkan slot anggaran untuk PSSI , apabila belum melakukan muskot atau kongres , anggaran akan kami kembalikan ke kas daerah,” tegasnya.
Tertahannya dana hibah Askot PSSI Kota Parepare membuat sejumlah agenda tidak berjalan.
Teranyar, SSB Habibie Soccer Junior Parepare (HSJP) yang menggunakan nama Persipare U-15 terlantar saat mengikuti kompetisi Soeratin Cup di Makassar.
Plt Ketua Askot PSSI Parepare sebelumnya menanggapi soal Persipare U-15 yang disebut ‘terlantar’ diduga akibat kekurangan dana.
“Kita sudah bersurat, tapi KONI memang belum pernah keluarkan dana untuk PSSI. Saya sudah diskusi dengan pelatih, dan saya bantu apa adanya karena memang KONI yang tidak mau cairkan dana PSSI,” beber Rahmat.
Dia dan para pengurus Askot PSSI, mengaku berjibaku mengurus organisasi, termasuk menggunakan uang pribadi membantu SSB dan klub.
Tidak sampai disitu, ia juga mengirim kendaraan menjemput para pemain usai mengikuti turnamen. Sementara pihak yang menyoroti, justru dipertanyakan kemana saat dibutuhkan bantuannya.
“Anehnya sekarang tiba-tiba banyak orang bicara bola seolah-olah peduli. Tapi waktu dulu diminta sumbangannya, mereka tidak ada yang mau,” tandasnya. (*)