Beritasulsel.com – Petani mulai membawa alat mesin pertanian mereka ke Sentra Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) untuk diisi BBM di SPBU Kanie Jalan Poros Pangkajene-Rappang, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (2/8/23).
Ketua Forum Peduli Mustad’afin (FPM), Muhammad Ahlan, mengapresiasi langkah para petani tersebut.
Dia mengatakan bahwa langkah itu paling tepat agar para mafia BBM tidak punya lagi ruang atau kesempatan untuk menyalahgunakan solar subsidi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Justru ini langkah paling tepat, karena selama ini yang terjadi, dugaan kami adalah mafia BBM manfaatkan rekomendasi dari petani untuk menyalahgunakan solar subsidi. Kalau petani bawa combine mereka ke SPBU, artinya solr subsidi sudah tepat sasaran langsung dinikmati oleh sasarannya,” tutur Ahlan.
“Yang terjadi selama ini dan yang sering disorot oleh media adalah, pelangsir solar atau mafia BBM memanfaatkan surat rekomendasi mengatasnamakan petani untuk menguras solar subsidi di SPBU Kanie lalu diduga dibawa dijual ke luar daerah dengan harga yang tinggi. Nah, kalau petani yang langsung bawa combine ke SPBU berarti menutup ruang mafia solar bermain, maka saya katakan bahwa ini adalah langkah yang tepat,” imbuhnya.
“Saya juga sudah komunikasi dengan kepala dinas pertanian Sidrap dan beliau sangat mengapresiasi langkah para aktivis dan media yang turut mengawasi penyaluran BBM subsidi agar tidak disalahgunakan oleh mafia BBM di Sidrap. Dengan begitu, kami berharap kepada semua unsur mari bersama sama mengawasi jangan beri ruang mafia BBM di Sidrap menyalahgunakan solar subsidi,” tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, Sentra Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Desa Kanie, Kecamatan Maritengngae, Kabupaten Sidrap, Sulsel, disorot.
SPBU dengan nomor 74 916 43 diduga mendapat bayaran lebih dari pelangsir BBM atau pembeli yang menggunakan jeriken
sehingga diduga lebih mementingkan atau lebih mengutamakan pembeli yang menggunakan jeriken daripada melayani mobil truk.
“Kalau yang saya amati, sepertinya pihak SPBU (SPBU Kanie) lebih memilih melayani pembeli yang menggunakan jeriken daripada melayani mobil,” tutur sumber salah satu sopir truk yang telah mengantri berjam jam, di SPBU Kanie, Minggu (27/8/23).
“Karena beberapa pembeli yang menggunakan jeriken saya tanya ternyata mereka beli solar dengan membayar lebih, mereka membayar uang kompa (uang tip) katanya,” tambah sumber yang minta namanya tidak dimediakan.
Dari pantauan wartawan, pada hari Selasa dan Rabu 29-30 Agustus, tampak beberapa orang ulang alik di SPBU Kanie.
Mereka masuk membawa jeriken lalu mengisi BBM kemudian membawa jeriken tersebut ke depan SPBU dimana mobil mereka stand by di bawah pohon pisang.
Manajer SPBU Kanie, Gazali yang dihubungi melalui WhatsApp membantah bahwa pihaknya melayani pelangsir.
“Setahu saya pak tdk ada pelansir di spbu kanie,” ungkap Gazali dikonfirmasi via pesan WhatsApp Rabu (30/8).
“Kami layani (pembeli yang menggunakan jeriken) sesuai prosedur srt rekomendasi dr BPP,” tambahnya.
“Yg jelas kita ikuti aturan yg dari Dinas terkait, sesuai surat rekomendasi dan ketentuan Zonanya pak,” terang Gazali.
Saat ditanya mengenai adanya uang kompa atau uang tip sebagaimana yang disebut sumber, hingga berita ini diterbitkan, Gazali belum memberi tanggapan. (***)