Beritasulsel.com – Tim Penyidik Tindak Pidana Khusus (Tipidsus) Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan terus melacak dan mengidentifikasi (asset tracking) dan selanjutnya menyita aset para Tersangka dalam kasus Dugaan Mafia Tanah pada kegiatan pembayaran ganti rugi lahan Proyek Strategis Nasional (PSN) Pembangunan Bendungan Paselloreng di Kabupaten Wajo Tahun 2021.
Penyitaan asset para Tersangka tersebut sebagai upaya antisipatif Penyidik Pidsus Kejati Sulsel untuk pengembalian kerugian keuangan negara atau sebagai pidana tambahan berupa merampas hasil kejahatan sebagaimana ketentuan dalam Pasal 18 huruf (a) Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 Junto Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Dalam kasus dugaan mafia tanah pada pembebasan lahan bendungan Passeloreng Kabupaten Wajo tahun 2021 ini, Penyidik Pidsus Kejati Sulsel berhasil melakukan penyitaan terhadap barang tidak bergerak berupa 3 (tiga) tanah dan bangunan, antara lain :
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
1 (satu) unit rumah dan tanah yang terletak di Perumahan Bumi Aroepala Grand Phinisi Blok U nomor 30 type 40 Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa milik Istri tersangka AA.
1 (satu) unit rumah dan tanah di Perumahan Bumi Aroepala Grand Phinisi Blok U nomor 14 type 40 Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa milik adik Ipar tersangka AA.
1 (satu) unit rumah dan tanah di Perumahan Villa Mutiara VIII/22 Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar milik Istri tersangka AA.
“Penyitaan asset para Tersangka ini dilakukan Penyidik Pidsus Kejati Sulsel pada Senin (5/2/24),” kata Kasi Penkum Kejati Sulsel, Soetarmi SH MH kepada Beritasulsel.com jaringan Beritasatu.com pada Selasa (6/2/24).
Soetarmi SH MH juga menyampaikan bahwa beberapa waktu lalu, pada 1 Desember 2023, Tim Penyidik pada Asisten Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan telah melakukan penyitaan barang bergerak milik para Tersangka yaitu 9 unit Mobil dan 1 unit Motor, antara lain :
1 unit mobil Hilux.
2 unit mobil Truck Dyna.
1 unit mobil Avanza.
1 unit mobil Rush.
1 unit mobil Raize.
1 unit mobil Innova.
1 unit mobil Pick up Grandmax.
1 unit mobil HRV.
1 unit motor Honda Crf.
1 unit motor Honda Beat.
“Dalam penyidikan kasus ini, Penyidik Pidsus Kejati Sulsel sudah menetapkan 6 orang Tersangka,” kata Soetarmi.
Ke 6 Tersangka tersebut adalah :
1. AA (selaku Ketua Satgas B pada Kantor Pertanahan Kabupaten Wajo), berdasarkan Surat Penetapan Tersangka Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan Nomor: 228/P-4/Fd.2/10/2023 tanggal 26 Oktober 2023.
2. ND (selaku Anggota Satgas B dari perwakilan masyarakat), berdasarkan Surat Penetapan Tersangka Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan Nomor: 232/P.4/Fd2/10/2023 tanggal 26 Oktober 2023.
3. NR (selaku Anggota Satgas B dari perwakilan masyarakat), berdasarkan Surat Penetapan Tersangka Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan Nomor 229/P4/Fd.2/10/2023 tanggal 26 Oktober 2023.
4. AN (selaku Anggota Satgas B dari perwakilan masyarakat), berdasarkan Surat Penetapan Tersangka Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan Nomor: 233/P.4/Fd.2/10/2023 tanggal 26 Oktober 2023.
5. AJ (selaku Anggota Pelaksana Pengadaan Tanah (P2T) dan juga selaku Kepala Desa Paselloreng, Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo), berdasarkan Surat Penetapan Tersangka Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan Nomor: 231/P4/Fd.2/10/2023 tanggal 26 Oktober 2023.
6. JK (selaku Anggota Pelaksana Pengadaan Tanah (P2T) dan juga selaku Kepala Desa Arajang, Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo), berdasarkan Surat Penetapan Tersangka Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan Nomor: 230/P.4/Fd.2/10/2023 tanggal 26 Oktober 2023.
Kasi Penkum Kejati Sulsel, Soetarmi SH MH kemudian menjelaskan bahwa perbuatan tersangka AA (selaku Ketua Satgas 8 dari BPN Kabupaten Wajo) yang telah memerintahkan beberapa Honorer di Kantor BPN Kabupaten Wajo membuat Surat Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah (SPORADIK) sebanyak 246 bidang tanah secara bersamaan pada tanggal 15 April 2021.
“SPORADIK tersebut diserahkan kepada tersangka AJ selaku Kepala Desa Paselorang untuk ditandatangani dan tersangka JK selaku Kepala Desa Arajang turut menandatangani SPORADIK untuk tanah eks kawasan yang termasuk di Desa Arajang, dimana isi SPORADIK tersebut diperoleh dari informasi dari tersangka ND, tersangka NR dan tersangka AN selaku anggota Satgas B dari Perwakilan masyarakat, namun isi SPORADIK yang dimasukkan tersebut tidak sesuai dengan fakta dilapangan,” jelas Soetarmi SH MH.
“Oleh karena itu, pembayaran terhadap 246 bidang tanah yang merupakan eks kawasan hutan tersebut telah merugikan keuangan negara sebesar Rp.75.638.790,623,00, berdasarkan hasil perhitungan BPKP Propinsi Sulawesi Selatan,” ungkap Soetarmi SH MH.
Kasi Penerangan Hukum Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan kemudian menyampaikan : “Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan, Leonard Eben Ezer Simanjuntak menegaskan agar seluruh saksi-saksi maupun pihak lainnya untuk tidak merintangi atau mengagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan perkara ini dan Tim Penyidik Pidsus Kejati Sulsel tidak ragu menindak tegas para pelaku yang merintangi, menghilangkan atau merusak alat bukti sesuai pasal 21 UU No. 31 tahun 1999 Junto UU No. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”.