Beritasulsel.com – Perjuangan keras tim Persipare U-15 di ajang Soeratin Cup berakhir di babak delapan besar setelah kalah melalui adu penalti melawan QDR FC Makassar. Kekalahan ini terasa pahit bagi tim yang dikenal dengan julukan Laskar Habibie, terutama karena perjuangan mereka dilakukan dengan persiapan terbatas, terutama dari segi anggaran.
Hamdani, pelatih Persipare U-15, tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya saat tiba di Parepare dan bertemu dengan Ketua KONI Parepare, Fadly Agus Mante. Menurut Hamdani, motivasinya mengikuti Soeratin Cup berawal dari melihat bakat dan potensi pemain-pemain muda dari Sekolah Sepak Bola (SSB) Habibie Soccer Junior Parepare (HSJP).
Namun, tingginya biaya pendaftaran menjadi kendala utama. Menggunakan nama SSB-nya membutuhkan biaya Rp 15 juta, sehingga Hamdani memutuskan mendaftarkan tim sebagai Persipare U-15 dengan biaya Rp 3 juta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Saya ada ambisi untuk tim ini. Ketika bertemu dengan pihak Askot, katanya tidak ada anggaran, jadi kami terpaksa berjalan sendiri. Anak-anak naik DAMRI ke Makassar, bermodal nekat, dan berhasil lolos hingga putaran kedua,” ungkap Hamdani.
Selama di Makassar, Hamdani harus memutar otak untuk mencukupi kebutuhan pemainnya. Anak-anak hanya diberi makan sekali sehari dengan nasi kuning seharga Rp 5 ribu, sementara makan malam mereka harus dibiayai sendiri.
Meski begitu, semangat anak-anak tetap membara hingga akhirnya tersingkir dalam adu penalti. “Saya salut dengan motivasi mereka yang mau mati-matian di lapangan demi mengharumkan nama Parepare,” tambahnya.
Ketua KONI Parepare, Fadly Agus Mante, yang akrab disapa Awink, merasa terkejut dengan kisah perjuangan tim Persipare U-15. Dia mengakui bahwa kejadian ini menjadi tamparan bagi KONI dan berjanji akan melakukan evaluasi terhadap Askot PSSI Parepare.
“Anggaran PSSI sebenarnya masih ada Rp 300 juta. Namun, dana tersebut tidak bisa dikeluarkan karena ada aturan penyaluran dana hibah yang memerlukan beberapa persyaratan, termasuk SK Cabor Definitif,” jelas Awink.
Ia juga menyinggung tentang posisi Plt. di Askot PSSI yang menurutnya kurang efektif dalam mengurus kebutuhan tim, sehingga tanggungan biaya seringkali jatuh pada orang tua atlet.
Awink menyatakan bahwa terlantarnya tim Persipare U-15 akan menjadi catatan penting bagi KONI untuk melakukan evaluasi mendalam terhadap Askot PSSI Parepare. “Kami akan mengevaluasi secara besar-besaran. Kami berharap reformasi di persepakbolaan Parepare dapat segera terjadi,” katanya.
Awink berharap kejadian serupa tidak akan terulang di masa mendatang. Ia menegaskan bahwa urusan seperti Soeratin Cup tetap menjadi tanggung jawab KONI melalui Askot PSSI, bukan hanya melalui instrumen Plt.
Awink juga mendorong para atlet untuk tetap semangat dan meningkatkan prestasi mereka. Ia menyebutkan bahwa Stadion Gelora BJ Habibie yang berstandar internasional dapat menjadi motivasi bagi para atlet muda untuk terus berlatih dan meraih prestasi lebih tinggi.
“Kami akan meminta kembali format pembinaan sepak bola Parepare seperti apa. Sepak bola itu harus berkelanjutan, dan sarana sepak bola kita sudah memadai,” tuturnya.
Di akhir pernyataannya, Awink mengumumkan bahwa KONI Parepare akan segera bertemu Asprov PSSI Sulsel untuk menyampaikan aspirasi berupa petisi percepatan kongres PSSI di Parepare. Petisi ini telah didukung oleh 18 tim sepak bola dan 3 SSB.
“Kami akan membawa aspirasi ini langsung ke Asprov Sulsel. Semoga langkah ini membawa perubahan positif bagi persepakbolaan Parepare,” tutup Awink. (*)