Parepare, Sulsel – Pemerintah Kota Parepare melalui Dinas Kesehatan, UPTD Puskesmas Lemoe, Pemerintah Kecamatan Bacukiki dan Kelurahan Lemoe memotivasi remaja tentang pentingnya kesehatan.
Itu dalam bentuk penyuluhan kesehatan remaja di Baruga Peduli, Kelurahan Lemoe, Kecamatan Bacukiki, Parepare, Jumat, 6/11/2020.
Camat Bacukiki Saharuddin yang membuka penyuluhan menekankan, kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan remaja serta pencegahan terhadap masalah remaja. Peserta 40 remaja terdiri dari 15 putra dan 25 putri yang berasal dari 4 RW se-Kelurahan Lemoe.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pemateri masing-masing Kepala Bidang Pelayanan, Promosi dan SDK Dinas Kesehatan Parepare, Kasna SST MKeb tentang proses perubahan pada remaja, masalah kesehatan reproduksi remaja dan gizi remaja. Kemudian Kepala UPTD Puskesmas Lemoe drg Sufriani MKes tentang Napza.
Kasna dalam materinya mengemukakan, remaja perlu dukungan motivasi sehingga dapat menjalani perkembangannya dengan baik. “Karena masa remaja adalah masa rawan dan kritis tapi cerdas, inovasi. Maka kecerdasan itulah yang harus diasah untuk melahirkan inovasi,” kata Kasna.
Wakil Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Parepare ini juga menjelaskan tentang masalah kesehatan reproduksi remaja yang sering terjadi. Dia mencontohkan infeksi misalnya gonorhea, keputihan, HIV/AIDS, seks bebas, kehamilan remaja, dan kehamilan tidak diinginkan.
“Sedangkan masalah gizi remaja yakni obesitas atau kegemukan dan anemia. Obesitas dapat dikenali dengan mengukur IMT atau Index Massa Tubuh. Yang normal 18-25,” ungkap Kasna.
Dia mengingatkan, remaja dengan obesitas berpeluang terjadi PTM (penyakit tidak menular) kelak di usia dewasa. Seperti DM, hypertensi, stroke, dan lainnya.
Sedangkan anemia pada remaja, kata dia, ditandai dengan gejala 5 L (lemah, letih, lesu, lelah dan lalai). “Mengapa bisa terjadi lalai? Pada orang anemia Haemoglobin (hb) berada di bawah normal (< 12 gr%). Sedangkan hb itu sendiri mengikat oksigen (O2). Sehingga otak kekurangan oksigen yang berdampak pada kemampuan berpikir menyebabkan tidak konsentrasi atau fokus pada pekerjaan,” terang Kasna.
Namun, kata Kasna, pencegahan bisa dilakukan melalui masalah kesehatan reproduksi (Kespro) dengan cara rajin beribadah, mampu menekan dorongan seksualitas sebelum menikah dan beraktivitas positif.
Sementara drg Sufriani dalam materinya mengungkap faktor penyebab Napza. Yakni ada tiga. Pertama, individu coba-coba, ingin diterima oleh kelompok, ikut tren, cari identitas diri, pelarian masalah, ikut idola, dan lainnya. Kedua lingkungan, keluarga tidak harmonis, pengaruh teman, lingkungan yang rawan, pendidikan rendah, dan lainnya. Ketiga zat yang merubah pikiran, merubah perasaan, merubah perilaku, mudah didapat, dan lainnya.
“Melihat hal ini semua maka diperlukan penguatan mental guna menangkal bahaya pengaruh narkotika, psikotropika dan zat adiktif,” ingat Sufriani.
Dalam penyuluhan juga terungkap bahwa proyeksi remaja sekitar 20 persen dari jumlah penduduk. Menurut Kasna, jumlah ini dinilai cukup besar. Dia menekankan, jika para remaja mendapat bimbingan, difasilitasi dengan baik, mereka adalah harapan bangsa. Namun jika terjadi sebaliknya maka mereka dapat menjadi malapetaka buat bangsa.
“Dengan demikian sangat diperlukan perhatian dari semua unsur untuk terlibat dalam membangun kesehatan remaja mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, pemerintah. Harapan melalui kegiatan ini dapat tercipta suatu inovasi dari remaja kita,” pesan Kasna. (*)