Nalar Prostitusi

- Redaksi

Jumat, 8 Maret 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Muhlis Pasakai, Kepala SMK Muhammadiyah Sinjai.

Oleh: Muhlis Pasakai, Kepala SMK Muhammadiyah Sinjai.

Untuk melihat wajah “dunia malam” kontemporer, kita dapat membaca karya-karya Moammar Emka, salah satu penulis terbaik dalam merekam “dunia undercover” dalam berbagai judul bukunya.

Berbicara soal pelacuran sama saja dengan mengunyah masalah yang paling purba di bumi persada. Masalah lama tetapi terasa tetap baru untuk dibicarakan dan dibahas (Purnomo, 1983).

Kalimat diatas ditulis oleh Tjahjo Purnomo, salah seorang mahasiswa yang melakukan penelitian dengan metode partisipatif di kompleks pelacuran Dolly, Surabaya. Penelitian yang dilakukan dari tahun 1980 sampai 1981 itu menghasilkan skripsi setebal 1.202 halaman, kemudian diterbitkan menjadi buku pada tahun 1983.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di dalam buku tersebut diungkap bahwa mayoritas wanita yang memilih menjadi PSK disebabkan karena faktor ekonomi, selain itu prostitusi juga menjadi bagian dari bisnis. Mungkin karena itulah kenapa Titiek Puspa menyebut kupu-kupu malam hanyalah untuk menyambung nyawa.

Faktor ekonomi dan kepentingan bisnis memang terkadang menabrak batas-batas aturan, namun prostitusi ini bukan hanya soal “uang”, tapi soal yang esensi dalam diri manusia, yaitu naluri “syahwat”, dan inilah yang menjadi perhatian dalam tulisan ini.

Semua orang sepakat memandang dan menghukumi praktik prostitusi ini sebagai sebuah lembah hitam kemaksiatan, penyakit sosial dan dosa yang menjijikkan. Namun daya tarik prostitusi ini semacam “necessary evil”, sebuah keburukan tapi orang doyan melakukannya. Mengapa?, karena seksualitas diibaratkan kebutuhan dasar manusia, layaknya makanan dan minuman. Seksualitas adalah fitrah yang melekat pada diri seorang manusia.

Seorang laki-laki ketika menatap wanita cantik, seksi, lalu muncul gairah/ nafsu berahi, apakah itu salah?. Freud tidak mengkategorikan itu sebagai penyimpangan seksual dalam Manifesto Seksualitas. Ketertarikan terhadap wanita itu juga sudah dilegitimasi oleh Al Qur’an surah Ali ‘Imran ayat 14, “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa wanita-wanita….dst”. Karena itu, daya pikat sensualitas seorang wanita itu bukanlah hal yang harus dihukumi sebagai sesuatu yang hina. Menikmatinya secara tanpa aturan, itulah yang hina menurut norma yang mengikatnya.

Persoalan-persoalan seksualitas juga bukanlah hal yang tabu untuk diperbincangkan. Itulah yang selalu dikatakan para seksolog, seperti psikolog seksual Zoya Amirin. Dalam Islam pun, urusan seks bukanlah hal yang menjijikkan, secara halal malah dipandang sebagai aktifitas yang luhur dengan ganjaran pahala layaknya sedekah, “Hubungan intim antara kalian (antara suami dengan istri) adalah sedekah” (HR.Muslim). Karena itu buku-buku Islam yang berisi tuntunan berhubungan intim dengan pembahasan yang “vulgar” sekalipun adalah hal yang biasa, seperti karya-karya Dr.Karim Asy-Syadzili sampai Abdelwahab Bouhdiba. Penjelasan ini penting, karena manusia tak dapat melepaskan diri dari kehidupan seksual. Para lelaki tak boleh munafik terhadap daya pikat wanita dan hasrat seks yang dimilikinya.

Sebuah survei yang dilakukan Kinsey Institute (sebuah institusi di Universitas Indiana, Amerika Serikat) menyimpulkan bahwa 37 % pria di dunia ini memikirkan seks setiap 30 menit. Hasil penelitian ini dimuat di laman lifestyle.kompas.com pada november 2009 dengan mengutip Majalah CHIC, sebuah majalah 2 mingguan yang diterbitkan tahun 2004 oleh PT Gramedia Majalah. Hasil penelitian ini lalu kembali dikutip oleh situs brilio.net pada juli 2018. Bahkan sebuah penelitian yang dimuat majalah Glamour mengatakan bahwa pria memikirkan seks setiap 7 detik. Jadi, jika diasumsikan bahwa pria memiliki waktu 16 jam terjaga dalam sehari, dan memikirkan seks setiap 7 detik, berarti ia memikirkan tentang seks sebanyak 57.000 kali sehari (lifestyle.kompas.com). Penelitian-penelitian semacam ini mudah kita temukan dari berbagai sumber bacaan dengan kesimpulan yang bisa dikatakan hampir sama.

Pada dasarnya wanita memang selalu menggoda bagi laki-laki, karena sejarah penciptaannya memang dirancang untuk menyenangkan kaum lelaki. “Dia (Allah) lah yang menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam) dan daripadanya Dia menciptakan pasangannya, agar ia merasa senang kepadanya” (Qs. Al-A’raf: 189). Tentu saja rasa senang ini tak selalu didominasi oleh hubungan seksual, namun memang penciptaan pasangan ini dalam ayat yang lain dikaitkan dengan perkembangbiakan, itu artinya berkaitan dengan hubungan intim, “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan Allah menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya, dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak” (Qs. An-Nisa:1).

Saya malah cenderung mengatakan bahwa hasrat tertinggi manusia adalah kebutuhan seksual. Saya tentu saja bukanlah ilmuwan sekelas Abraham Maslow, tapi saya bisa menjelaskan alasan saya mengatakan demikian. Hal sederhana dapat diperhatikan dari orang-orang yang sudah mengaktualisasikan dirinya dengan baik, bahkan terkadang di puncak karir dan politik, tapi justru disitulah mereka “memaksimalkan” hasrat seksualnya, entah dengan poligami atau praktik prostitusi. Pula tak dapat dipungkiri bahwa orang-orang sering menyebut kenikmatan berhubungan intim itu diibaratkan surga dunia. Bukan tanpa alasan, karena memang salah satu nikmat yang dijanjikan di dalam surga adalah kemampuan berhubungan seks, “Seseorang di Surga mampu berhubungan dengan 100 bidadari dalam sehari”(HR.ath-Thabrani). Begitupula dengan penjelasan Surah Yasin ayat 55, Ikrimah dan Abdullah bin Mas’ud mengatakan bahwa “Kesibukan penghuni Surga pada waktu itu adalah sibuk memecahkan keperawanan istrinya” (al-Jauziyyah, 1424). Pendukung lainnya adalah sebuah hadits yang berbunyi “Aku tidak meninggalkan satu godaan pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita” (HR.Bukhari dan Muslim). Biasanya sesuatu yang tingkat godaannya besar, maka tingkat ekspektasinya juga tinggi.

Karena daya magnetisnya, syahwat kepada wanita ini juga kerapkali menyisakan catatan-catatan hitam perjalanan kemanusiaan, termasuk prostitusi atau pelacuran, diantaranya kasus-kasus porno yang melibatkan artis-artis dan para elit yang tak berkesudahan.

Sejarah pembunuhan awal di kalangan manusia yang melegenda antara Habil dengan Qabil juga dilatarbelakangi oleh motif hasrat pada wanita. Imam Ibnu Katsir mengutip riwayat As-Suddi bahwa ketika itu Adam menikahkan satu anak laki-laki dari satu kelahiran dengan satu anak perempuan dari kelahiran yang lain. Habil dijodohkan dengan saudari kembar Qabil yang lebih cantik sehingga Qabil menolak dan ingin menikahi saudari kembarnya sendiri yang lebih cantik itu (Ibnu Katsir, 2014). Inilah latar belakang kisah pembunuhan itu.

Dunia mitologi pun tak luput dari cerita-cerita vulgar. Dalam mitologi Mesopotamia misalnya dikenal seorang dewi seksualitas yang dijuluki “pelacur para dewa”, Ishtar yang pemujaannya melibatkan tindakan pelacuran religius, dimana kota suci baginya adalah Uruk yang dijuluki sebagai “kota para pelacur suci” (Aizid, 2014).

Semua uraian diatas menjelaskan bahwa hasrat seksual adalah hal yang menyatu dalam kehidupan manusia. Bagi seorang laki-laki, syahwat kepada wanita adalah hal yang sangat sulit bahkan kadang tak dapat dikendalikan. Tak mengenal usia dan profesi, bahkan iman seorang manusia. Sampai manusia sekaliber Nabi Yusuf pun, hampir saja tak kuasa menahan rayuan maut seorang wanita. Nabi Yusuf sebetulnya telah dibisiki oleh nafsunya dan masuk ke dalam benaknya, karena itu Ia sempat tertarik kepada Zulaikha, namun pengendalian dirinya, keimanannya, dan tanda Tuhannya berhasil mengalahkan nafsunya (Al-Qarni, 2007).

Agama, dalam hal ini Islam juga sangat memahami daya pikat makhluk bernama wanita itu, sehingga menjadi salah satu “fasilitas” yang ditarghib untuk didapatkan di Surga kelak, yaitu para bidadari. Dalam sebagian literatur secara gamblang menggambarkan betapa erotisnya para bidadari yang cantik dan seksi itu. Dalam menjelaskan surah an-Naba ayat 31-33, disebutkan bahwa kata “Kawa’iba” dalam ayat tersebut adalah kata jamak dari kata “ka’ibun” yang berarti wanita yang montok payudaranya. Qatadah, Mujahid dan pakar tafsir berkata: al-Kalbi berkata, “mereka adalah wanita-wanita yang menonjol payudaranya dan bulat. Asal muasal kata tersebut dari “al-istidarah” yang berarti bulat. Maksudnya bahwa payudara mereka montok laksana buah delima dan tidak menjulur kebawah. Mereka digelari “nawahid” dan “kawa’ib” (wanita-wanita yang montok payudaranya) (al-Jauziyyah, 1424).

Daya tarik wanita ini pula dapat menjadi senjata yang mematikan serta dapat dieksplorasi untuk melancarkan berbagai misi. Karena itulah ada istilah yang dikenal dengan nama “femme fatale” yang secara harfiah dapat diartikan “wanita maut” dalam bahasa Prancis. Akan saya ulas secara khusus dalam tulisan saya yang lain.

Prostitusi, berangkat dari hasrat kepada wanita inilah menjadikannya liar tak terbendung, dan semua itu dapat berawal dari mata dan pikiran. Oleh karena itu dalam Islam seorang perempuan diperintahkan untuk menutup auratnya di ruang publik (di hadapan non mahramnya), agar keindahan tubuhnya tidak menggoda para lelaki (Baca QS. An-Nur:31). Hal ini tentu saja tak dapat dibantah secara subjektif dengan mengatakan “saya tidak merasa apa-apa ji ketika melihat wanita berbusana seksi, tergantung kita ji itu”. Selain karena ini pesan agama, hal yang paling sakral dan sensitif dalam kehidupan manusia, hal ini juga menyangkut dampak secara kolektif, sementara satu orang adalah bagian dari kolektifitas sosial itu, sehingga setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menjaga “kesehatan” kolektif itu.

Apakah dengan menutup aurat seorang wanita dapat menutupi daya pikatnya?, tentu saja belum sepenuhnya. Seorang wanita dalam hijab besarnya pun dapat membuat orang menjadi penasaran dengan keindahan lekuk-lekuk tubuhnya yang ditutupi, itulah godaan dalam saraf-saraf pikiran. Oleh karena itu tidak hanya para wanita yang diperintahkan untuk menjaga publikasi “tubuh”nya, tapi para lelaki pun diperintahkan untuk menjaga pandangannya (Baca QS.an-Nur: 30). Larangan mendekati zina, khalwat, ikhtilath dan tabarruj adalah cara-cara Islam lainnya untuk membatasi dan menekan potensi prostitusi serta tindakan porno.

Tantangan berikutnya adalah perkembangan teknologi informasi dan media komunikasi. Seorang laki-laki bisa jadi sangat menjaga matanya dari hiruk pikuk wanita saat beraktifitas, namun sulit dengan ponselnya. Padahal, publikasi wanita-wanita yang merangsang syahwat di media online lebih masif, bahkan hampir semua transaksi masa kini sudah dilakukan melalui layar ponsel, termasuk transaksi seksual. Tak asing lagi, bagaimana orang menjajakan dirinya melalui media online, bagaimana konten-konten porno mudah diakses, bahkan saat ini vcs (video call sex) ditawarkan secara terbuka di berbagai medsos, entah asli atau akun palsu (penipuan). Fitur teknologi inilah salah satu contoh dunia baru yang menghampiri kehidupan umat manusia, sebagaimana Yuval Noah Harari, seorang sejarawan Universitas Ibrani Yerusalem menulisnya secara apik dalam bukunya Homo Deus.

Rasanya sulit untuk meloloskan diri dari jerat tali-tali syahwat yang diumbar para wanita. Agama sebagai pilar pengendali utama harus bekerja keras untuk melakukan penyadaran dan peningkatan pengendalian diri manusia. Saya berkeyakinan bahwasanya hanya dengan rahmat Sang Pencipta manusia dapat menyelamatkan diri dari fitnah wanita yang semakin merajalela. Karena itu, fungsi sosial yang harus bekerja adalah bagaimana mengundang dan menghadirkan rahmat tersebut ditengah-tengah masyarakat melalui pendekatan-pendekatan spiritual. Selama hal ini tidak menjadi perhatian serius dari semua kalangan, maka pesimis rasanya praktik prostitusi dapat dikendalikan dengan baik. Karena sekali lagi, ini soal rasa, soal hasrat dan daya pikat, yang sedikit saja peluangnya terbuka, sulit untuk menghindarinya.

Itulah sebabnya mengapa kita diperintahkan untuk menikahkan orang yang masih sendiri (Baca QS. An-Nur: 32), karena orang yang belum menikah tentu godaan dan nafsu syahwatnya lebih besar. Begitupula dengan perintah untuk menikah bagi para pemuda, “Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa dapat menekan syahwatnya” (HR.Bukhari dan Muslim).

Lalu bagaimana dengan para lelaki yang sudah beristri, bahkan dengan istri yang cantik sekalipun, namun tetap tergiur untuk ikut menikmati layanan prostitusi?.

Gwyneth Montenegro, penulis buku 10.000 Men and Counting, seorang PSK yang telah melayani lebih dari 10 ribu pria selama 12 tahun mengungkapkan mengapa para lelaki masih suka “jajan” meski sudah memiliki istri (yang cantik). Ia mengatakan bahwa sebetulnya para pria ingin terlihat bahwa mereka dibutuhkan untuk berhubungan intim. Para pria umumnya selalu suka melihat wanita yang bernafsu (berahi), kemudian memintanya untuk berhubungan intim. Inilah katanya fantasi yang paling diharapkan para pria. Bahkan ia mengatakan bahwa para wanita seharusnya memperlihatkan dirinya benar-benar ingin bercinta, meskipun harus berpura-pura bernafsu jika sedang tak terlalu ingin. Inilah katanya yang membuat ia “sukses” dan “laris” hingga bisa melayani lebih dari 10.000 klien.

Mengenai hal ini, ada peran-peran dalam rumah tangga yang harus difungsikan dengan baik. Rasulullah pernah menyampaikan, “Jika salah seorang diantara kalian tertarik dengan seorang wanita hingga wanita itu masuk ke dalam hatinya, hendaklah ia pulang kepada istrinya dan bergaullah dengannya. Karena hal itu akan membentengi apa yang ada dalam jiwanya” (HR.Muslim). Hadits ini menjelaskan bahwa apabila seorang suami tergoda oleh wanita lain, maka ia diperintahkan untuk segera memuaskan syahwatnya melalui istrinya. Hal ini juga menjadi pelajaran berharga bagi seorang istri untuk senantiasa “memikat” bagi suaminya, sebagaimana dijelaskan oleh Gwyneth Montenegro diatas dan juga dalam sebuah hadits “Sebaik-baik istri adalah yang menyenangkan jika engkau melihatnya”(HR.ath-Thabrani). Menyenangkan yang dimaksud tentu saja diantaranya adalah daya tarik seksual (sex appeal). Karena itu salah satu tuntunan seorang istri dalam Islam adalah senantiasa berhias dan mempercantik dirinya dihadapan suaminya. Hal yang mirip dengan kasus ini juga pernah saya singgung dalam sebuah tulisan saya dengan judul “Mengapa Suami Suka Jajan?”

Berita Terkait

Taruna Ikrar Saksikan BPOM Pecahkan Rekor MURI Ikrar Pengendalian Resistensi Antimikroba Serentak dan Terbanyak
AJPAR Gelar Simulasi Pemesanan Makanan, Tingkatkan Kualitas Layanan dan Rekrut Driver Baru
Andi Sudirman Sampaikan Duka Cita Meninggalnya Raja Gowa ke-38 Andi Kumala Idjo
KPPN Parepare Menilik Dana Desa di Akhir Tahun
Tak Ingin Jumawa, Fatma Minta Pendukung Tetap Kawal Perhitungan Suara
Bersama 2 Anaknya, Fatmawati Gunakan Hak Pilih di TPS 007 Faisal Makassar
Anggota Komisi 3 DPR RI Andi Amar Ajak Mahasiswa untuk Amalkan Nilai-nilai 4 Pilar Kebangsaan
KPU Kota Parepare Gandeng Dua Lembaga Survey untuk Hasil Hitung Cepat
Tag :

Berita Terkait

Jumat, 29 November 2024 - 16:26

Taruna Ikrar Saksikan BPOM Pecahkan Rekor MURI Ikrar Pengendalian Resistensi Antimikroba Serentak dan Terbanyak

Jumat, 29 November 2024 - 02:08

AJPAR Gelar Simulasi Pemesanan Makanan, Tingkatkan Kualitas Layanan dan Rekrut Driver Baru

Kamis, 28 November 2024 - 16:51

Andi Sudirman Sampaikan Duka Cita Meninggalnya Raja Gowa ke-38 Andi Kumala Idjo

Kamis, 28 November 2024 - 14:52

KPPN Parepare Menilik Dana Desa di Akhir Tahun

Rabu, 27 November 2024 - 14:04

Tak Ingin Jumawa, Fatma Minta Pendukung Tetap Kawal Perhitungan Suara

Berita Terbaru