Beritasulsel.com – Keberlanjutan nasib Pendidikan Nonformal (PNF) kembali dibahas. Kali ini, Ismail Mahmud, mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Makassar (UNM) bersama pegiat PNF lainnya bertemu dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Mendikbud RI), Nadiem Makarim dalam forum lanjutan, Jumat (31/1).
Dirinya mengungkapkan apa yang dibahas dalam forum yang dilangsungkan di Senayan Jakarta tersebut masih seperti pembahasan Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI lalu. Yakni agar PNF diberikan posisi tersendiri dalam struktural pendidikan sesuai dengan UU Sisdiknas.
“Pembahasannya sama seperti di Komisi X DPR RI kemarin yang saya hadiri tanggal 14 Januari 2020”, ungkap Ismail.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam forum tersebut, lelaki asal Kabupaten Sinjai ini pun menyampaikan serapan alumni PLS hingga nomenklatur di semua Dinas Kabupaten/Kota akan berubah jika Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD dan DIKMAS) dihapuskan.
“Saya menyampaikan juga bahwa ketika Dirjen PAUD dan DIKMAS dihapuskan maka secara otomatis Dinas Pendidikan kabupaten/kota yang ada di seluruh Indonesia akan berubah sebab mengikuti di pusat, sementara di Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota ada bidang khusus tentang PAUD dan DIKMAS. Selain itu, juga serapan alumni jurusan PLS akan berpengaruh,” ungkap Ismail.
Mahasiswa angkatan 2016 ini juga meminta agar ada porsi tersendiri dalam menangani PNF di Indonesia. Dalam hal ini ia tetap bersikukuh untuk tetap diadakannya direktorat sendiri bagi PNF.
“Kami tetap meminta agar ada direktorat khusus yang menangani terkait tugas-tugas dari pendidikan Nonformal,” pinta Ismail.
Terakhir, ia mengaku turut senang ketika dapat ikut andil dalam forum yang sifatnya tertutup dan bertemu langsung dengan Mendikbud. Apalagi dirinya bercerita hanya dialah peserta forum yang masih berstatus mahasiswa sedangkan lainnya merupakan praktisi atau pegiat PNF yang sudah lama malang melintang.
“Senang karena bisa diundang langsung dan berdiskusi dengan Pak Nadiem untuk menyampaikan gagasan. Apalagi yang hadir cuman saya mahasiswa, lainnya itu praktisi dan akademisi PNF terkemuka seperti guru besar Hafid Abbas, Yatim, Supriyono, Yoyon dan lainnya,” pungkasnya. (Sambar)