Sidrap – Ketua Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (Ketua GMBI) Kabupaten Sidrap, Hj. Arty Muhammadiyah mengunjungi dan memberi bantuan sembako kepada 5 bocah di Desa Lainungan, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, yang tinggal di gubuk reot bekas kandang ayam.
Hj. Arty bersama rombongannya tiba di gubuk bocah tersebut pada Minggu 25 November 2024 sekitar pukul 14.10 WITA dan disambut langsung oleh Asmi alias Semmi (43) ibu dari lima bocah tersebut.
Ketua GMBI Hj. Arty yang menyerahkan langsung bantuan tersebut. Kepada wartawan, Hj. Arty mengatakan bahwa kedatangannya sebagai awal untuk melihat lihat keadaan keluarga tersebut yang viral di media sosial karena tinggal di gubuk reot bekas kandang ayam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Saya diperintahkan oleh ketua DPD GMBI agar turun langsung melihat kondisi kehidupan lima anak ini yang tinggal di gubuk bekas kandang ayam, dan nyatanya memang benar demikian karena saya sudah melihat langsung,” ucap Hj. Arty kepada Beritasulsel.com jaringan Beritasatu.com.
“Kedatangan saya ini adalah sebagai awal dan insya Allah kami (GMBI Sidrap) akan selalu hadir membantu bila ada warga yang betul betul membutuhkan bantuan. Bantuan yang kami berikan ini ala kadarnya dan betul betul murni dari kami GMBI dan tidak ada kaitannya dengan Pilkada,” imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, ada lima orang bocah di Desa Lainungan, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidrap, Sulsel, tinggal di gubuk reot bekas kandang ayam.
Kelima anak tersebut masing masing bernama Panji berusia 2 tahun, Fitria Yasmita alias Nyong berusia 4 tahun, Nur Fadillah berusia 14 tahun, Muhammad Alif berusia 12 tahun, dan Parel alias Dede berusia 16 tahun.
Mereka tinggal di gubuk yang tidak layak huni tersebut bersama ibunya yang telah menjanda selama bertahun tahun dan neneknya yang sedang sakit sakitan.
Kelima bocah tersebut tidak satu pun yang sekolah karena orang tuanya tidak punya biaya. Jangankan biaya sekolah, untuk makan saja sangat susah.
Untuk makan dan keperluan sehari hari, keluarga tersebut hanya mengandalkan pemberian orang atau tetangga. Hal itu karena tidak satu pun di antaranya yang bisa bekerja.
Selain itu, mereka juga diduga luput dari pantauan pemerintah, karena kondisinya yang sangat memprihatinkan, mereka tidak menerima bantuan dari pemerintah selain beras sebanyak 10 kilo, itu pun kadang ada setiap bulan kadang juga tidak dapat.
Di gubuk tersebut tidak ada MCK (Mandi, Cuci, Kakus) jadi untuk buang air, mereka terpaksa ke hutan hutan atau ke kebun warga. Kondisi ini sangat memprihatinkan dan mereka sangat rentan terhadap penyakit. (***)