Makassar, Sulsel — Cuaca ekstrem yang ditandai hujan lebat disertai angin kencang melanda hampir seluruh wilayah di Sulawesi Selatan (Sulsel). Fenomena tersebut berpotensi menyebabkan bencana alam, khususnya banjir dan tanah longsor di beberapa kabupaten/kota di Sulsel.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulsel terkait dengan kabupaten/kota di Sulawesi Selatan yang terdampak bencana (gempa bumi, angin kencang, kebakaran,banjir, angin puting beliung, banjir bandang, tanah longsor, abrasi) periode Januari-September 2022, sepanjang periode tersebut telah terjadi sebanyak 528 kasus bencana, dengan total 22.132 korban jiwa dan taksiran kerugian sebesar Rp. 48.248.918.000.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulsel Muhammad Firda menyampaikan bahwa berdasarkan hasil analisis pada tahun 2021 yang lalu oleh BPBDSulsel, potensi bahaya banjir dan tanah longsor di Sulsel berada pada kelas sedang dan tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Firda, Gubernur Andi Sudirman Sulaiman selalu menginstruksikan kepada BPBD dan instansi terkait lainnya untuk lebih siaga dalam menghadapi cuaca ekstrem saat ini. Jika terjadi bencana, atas instruksi Gubernur, Pemprov Sulsel melalui BPBD dinas terkait harus turun memberikan Bantuan langsung segera.
“Potensi bahaya banjir di Sulsel dengan Kelas Sedang terdapat pada 2 kabupaten/kota, yaitu Bantaeng dan Jeneponto, sedangkan 21 kabupaten/kota lainnya berada pada Kelas Tinggi. Sementara potensi bahaya tanah longsor di Sulsel dengan Kelas Sedang terdapat pada 2 kabupaten/kota, yaitu Takalar dan Wajo, sedangkan yang lain berada pada Kelas Tinggi,” kata Firda saat dikonfirmasi melalui pesan Whatsapp, Rabu (12/10/2022).
Ia menjelaskan, berbagai upaya telah dilakukan BPBD Prov. Sulsel sejak dini guna mengantisipasi bencana banjir dan tanah longsor.
“Kami telah melakukan supporting simulasi penanggulangan bencana pada wilayah yang berpotensi, seperti yang telah dilaksanakan di Kecamatan Bacukiki, Kota Parepare (simulasi banjir) dan di Malino, Kabupaten Gowa (simulasi tanah longsor). Kami juga intens melakukan koordinasi dengan BPBD kabupaten/kota dalam hal meningkatkan kesiapsiagaan daerah, baik personil, peralatan maupun logistik bencana melalui grup Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB). Memang pada musim hujan ini harus diantisipasi bencana alam hydrometeorologi, yaitu bencana yang diakibatkan iklim (banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan angin puting beliung), untuk dokumen Kajian Risiko Bencana yang mengakomodir peta bahaya, peta kerentanan, dan peta kapasitasnya,” jelasnya.
Pihaknya, menurut Firda juga secara intens berkolaborasi dan bersinergi dengan instansi lintas sektoral, seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait prakiraan cuaca serta berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang terkait dengan informasi elevasi sungai di Sulsel setiap jamnya.
Untuk daerah yang dilanda bencana, kata Firda, BPBD Prov. Sulsel telah menyiapkan logistik bencana berupa logistik pangan, perlengkapan keluarga, perlengkapan bayi, dan shelter kit (selimut, bantal, dan tenda terpal).
“Hal tersebut merupakan kebutuhan dasar bagi korban bencana, sehingga jika terjadi bencana maka kami siap mensupport. Kesiapsiagaan Anggota Tim Reaksi Cepat pada BPBD Provinsi Sulsel sebagai personil yang akan membantu evakuasi, membuat laporan kaji cepat dan membawa logistik bencana jika terjadi bencana,” ungkapnya.
Melalui BPBD kabupaten/kota, pihaknya juga mengedukasi masyarakatnya untuk tetap menjaga lingkungannya, misalnya tidak membuang sampah di saluran air dan kanal pada musim hujan ini, sehingga drainase air dapat berfungsi sebagaimana mestinya. (*)