Jeneponto,- Proyek Rehabilitasi D.I. Kelara Karalloe, pembangunan irigasi sekunder di Dusun Campagaya, Desa Kaluku, Kecamatan Batang, Kabupaten Jeneponto, kini mendapat sorotan setelah muncul dugaan penggunaan pasir gunung yang bercampur tanah sebagai bahan material utama.
Pantauan media Beritasulsel.com di lapangan, menunjukkan bahwa pasir yang digunakan memiliki tekstur kasar dan bercampur tanah memiliki ciri khas dari pasir gunung yang tak sesuai spesifikasi teknik.
Hal ini memicu kekhawatiran dari warga terhadap mutu serta daya tahan infrastruktur irigasi tersebut dalam jangka panjang.
Dimana pasir gunung yang mengandung banyak tanah liat atau debu berpotensi mengurangi kualitas adukan beton maupun pasangan batu, sehingga bisa memperpendek usia pakai saluran irigasi.
“Proyek ini sangat penting untuk pertanian kami. Namun kalau materialnya asal-asalan, masa depan saluran irigasi jadi tidak jelas. Kami meminta pihak berwenang mengecek ulang, agar hasilnya benar-benar bermanfaat,” Kata salah satu warga desa Kaluku yang enggang disebutkan namanya kepada media online Beritasulsel.com.
“Semoga tim Audit teknis independen segera memverifikasi jenis dan kualitas pasir yang digunakan dipekerjaan ini, dan semoga dilakukan pemeriksaan ulang spesifikasi material oleh Balai Besar Wilayah Sungai sesuai kewenangan,” Ucapnya.
Di sisi lain, berdasarkan sorotan nasional terhadap kasus sesuai spesifikasi kerap berujung pada kualitas pekerjaan yang buruk serta potensi kerugian anggaran publik dan masyarakat.
Ditempat terpisah, pelaksana kontraktor Irman saat ditemui di jalan Lingkar, kecamatan Binamu mengaku kekurangan material.
“Kami kekurangan material, kami ambil pasir yang lokasinya di Jeneponto ji, terkait kualitas nya saya tidak tahu, jadi kalau mengenai material yang digunakan itu ranah kontraktor dan pengawas lapangan,” ujarnya Irman.
