Beritasulsel.com – Penjabat (Pj) Wali Kota Parepare, Akbar Ali yang diwakili oleh Staf Ahli Bidang Ekonomi Keuangan dan Pembangunan, Julius Upa, menghadiri acara Pertemuan Tahunan 2024 Persekutuan Perempuan gereja Toraja Mamasa Tingkat Sinode di Gedung Gereja Toraja Mamasa Jemaat Peniel Parepare. Kamis, 4/7/2024.
Pada kesempatan itu, Julius Upa membacakan sambutan Pj Wali Kota Parepare. Dalam sambutannya, Julius Upa mengatakan bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Parepare mengapresiasi pelaksanaan Pertemuan Tahunan 2024 Persekutuan Perempuan Gereja Toraja Mamasa Tingkat Sinode tersebut.
Pemberdayaan perempuan, kata dia sangat diperlukan untuk memberikan penguatan bagi perempuan dalam mengatasi masalah serta memampukan perempuan mengambil peran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Dan kita ketahui bahwa perempuan-perempuan GTM sangat memiliki potensi, karena merupakan salah satu jemaat yang paling aktif di dalam pelayanan gereja,” ucapnya.
Dirinya menjelaskan bahwa saat ini umat beragama memiliki tantangan yang yang tidak ringan. Beberapa tahun terakhir, berbagai persoalan kerukunan intern dan antar umat beragama kerap muncul dan menjadi perhatian. Beberapa kalangan bahkan menilai ini menjadi gejala disharmoni kehidupan keberagamaan.
Masalah tersebut, lanjutnya, mulai dari ujaran kebencian di media sosial, hingga kekerasan dan diskriminasi atas nama agama. Ini menjadi tantangan setiap lembaga keagamaan, termasuk gereja. Oleh karena, ia mengajak seluruh pihak untuk mengambil peran dalam merawat dan memelihara kerukunan bangsa.
“Berangkat dari kondisi masyarakat di atas, dalam kehidupan bergereja di tengah-tengah masyarakat maka kebijakan dan program kerukunan umat beragama kiranya menempati peran strategis dalam dalam pertemuan tahunan ini,” katanya.
“Peran tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam pembinaan bidang agama, yang diantaranya adalah meningkatkan kualitas hidup dan kerukunan umat beragama,” bebernya.
Julius menjelaskan merawat dan memelihara kerukunan dapat teraktualisasikan ke dalam berbagai bentuk. Misalnya, bagaimana hidup berdampingan dengan orang yang berbeda keyakinan, menghormati hari-hari besar agama lain, menjamin kebebasan beribadat, tidak mudah terprovokasi untuk diadu domba dengan umat lain.
“Saya berharap agar para pendeta dan pelayan jemaat di lingkungan Sinode Gereja Toraja Mamasa, mampu menjadi transformator, motivator dan inovator masyarakat di tengah keagamaan moralitas modern. Sekaligus, berperan sebagai benteng moral dan ilmu, para pendeta dan pelayan jemaat dituntut untuk dapat berperan aktif dan konkrit, serta solutif di tengah-tengah problematika sosial,” ungkapnya.
“Dan harapan saya pada pertemuan tahunan ini dapat memutuskan program-program strategis yang dapat menjawab tantangan dan kebutuhan umat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tandasnya. (*)
