Argentina – Dalam beberapa tahun terakhir ini, kondisi kesehatan Maradona memang kerap tak menentu. Pada awal November ini, Maradona baru saja menjalani operasi untuk mengatasi pembekuan darah di otaknya.
Secara mendadak, pada Rabu (25/11) pagi di rumahnya, Maradona mengalami gagal jantung. Martin Arevalo, salah satu jurnalis yang dekat dengan Maradona, menceritakan kronologi serangan jantung Maradona
“Diego mengalami serangan jantung dan jatuh. Mereka harus membawanya [ke rumah sakit]. Terdapat empat ambulans di rumahnya. Bayangkan betapa seriusnya situasi yang kita bicarakan ini,” kata Arevalo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada akhirnya, nyawa Maradona tak tertolong oleh paramedis dan ia dinyatakan wafat di rumahnya di Tigre, Buenos Aires.
Maradona mengawali kariernya bersama Argentinos Juniors di usia 16 tahun dan kemudian berkembang menjadi salah satu pesepakbola terhebat sepanjang masa.
Pemain berkaki kidal ini pernah memperkuat Boca Juniors, Barcelona, Napoli, Sevilla, dan Newell’s Old Boys semasa bermain. Ia kemudian menjadi pelatih dan menangani sejumlah tim seperti Racing Club, Dorados, timnas Argentina, dan hingga kematiannya masih berstatus sebagai pelatih Gimnasia de la Plata.
Puncak karirnya hadir di era 1980-an di mana ia mampu membawa Argentina merengkuh Piala Dunia 1986 dengan mengalahkan Jerman Barat di final.
Dalam perjalanan menuju final, Maradona menghadirkan dua momen ikonik yang dalam sepakbola. Ketika melawan Inggris di perempat-final, Maradona mencetak dua gol, satu gol kontroversial memakai tangan dan satu gol lain melalui solo run brilian. Masing-masing gol dijuluki ‘Gol Tangan Tuhan’ dan ‘Gol Abad Ini’.
Torehan Scudetto bersama Napoli pada 1987 dan 1990 juga menjadi pencapaian lain dari Maradona yang tak kalah ikonik. Namun, kesuksesan bersama La Albiceleste-lah yang membuat namanya terpatri selamanya dalam sejarah sepakbola. (*)