Jeneponto,- Kondisi ketersediaan darah di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lanto Daeng Pasewang, Kabupaten Jeneponto, berada di ambang krisis.
Direktur RSUD Jeneponto, dr. Pasriany, mengungkapkan bahwa hingga Oktober 2025, stok darah yang tersedia saat ini hanya mencapai 55 kantong, jumlah yang diperkirakan hanya mampu bertahan untuk empat hari ke depan.
Ia mengungkapkan bahwa kondisi ini dipicu oleh rendahnya partisipasi masyarakat dalam mendonorkan darah secara sukarela, padahal kebutuhan darah di Bumi Butta Turatea sangat tinggi setiap harinya.
“Kurang itu. Setiap hari ada yang butuh darah. Paling (stok darah) hanya 4 hari saja,” ujar dr. Pasriany.
Menurut dr. Pasriany, semua jenis golongan darah, yaitu A, B, AB, dan O, sangat dibutuhkan. Keterbatasan stok ini menempatkan banyak pasien, terutama kasus darurat dan operasi, dalam risiko besar.
Untuk mengatasi kondisi kritis ini, RSUD Jeneponto tidak tinggal diam. Mereka kini intens melakukan berbagai strategi, menekankan pentingnya sosialisasi untuk meningkatkan jumlah pendonor rutin.
“Memang perlu banyak sosialisasi kembali untuk donor darah sukarela. Kita selalu mencoba mensosialisasikan, misalnya melalui kegiatan-kegiatan di luar gedung rumah sakit,” jelasnya.
Di samping itu, RSUD Jeneponto juga secara aktif menggandeng komunitas, organisasi, dan instansi lokal dalam menggelar aksi donor darah bersama. Bagi Pasri, upaya kolaboratif ini diharapkan mampu menjangkau generasi muda yang sehat dan memenuhi syarat menjadi pendonor.
Ia juga mengimbau seluruh masyarakat Jeneponto untuk tidak ragu mendonorkan darahnya. Selain menjadi aksi kemanusiaan yang dapat menyelamatkan nyawa pasien, donor darah juga memberikan manfaat kesehatan pribadi.
“Harapannya, dengan kesadaran bersama, krisis stok darah ini bisa teratasi. Partisipasi Anda adalah penentu keselamatan pasien darurat di Jeneponto,” tandasnya, menutup seruan dengan harapan besar.
