Pemimpin Pembelajar

- Redaksi

Minggu, 18 Agustus 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Bang Irwan

 

_Shifting_ dari cara kerja korporasi asing kepada cara kerja birokrasi pemerintahan bukanlah hal mudah bagi siapa pun. Ada terlalu banyak kontradiksi antara keduanya yang memerlukan penyesuaian, terutama ketika Anda berada pada level pimpinan. Itulah mungkin dilema yang dialami seorang Andi Sudirman Sulaiman ketika diangkat sebagai Wakil Gubernur dan kemudian menjadi Gubernur Sulawesi Selatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dari seorang manejer di perusahaan berstandar Eropa yang terbiasa bekerja secara efektif, efisien, taktis dan berorientasi profit, menjadi seorang Gubernur yang bekerja dengan birokrasi gemuk, hirearkis, kaku, dan berorientasi pelayanan publik. Hanya pemimpin yang andal dan mau belajar cepat yang dapat beradaptasi dengan _shifting_ ekstrim semacam ini.

Tapi itulah yang sukses dilakukan Andi Sudirman Sulaiman saat menjabat, baik sebagai Wakil Gubernur maupun ketika menjadi Gubernur. Bukan hanya karena beliau mau belajar seluk beluk pemerintah daerah yang begitu banyak yang membuat saya kagum, tetapi juga kecepatannya dalam mempelajari ilmu pemerintahan, administrasi negara, hukum, pertanian, kelautan, ekonomi hingga akuntansi keuangan daerah sekaligus dan dalam waktu singkat, itu luar biasa.

Jika ada yang mengatakan itu mudah, kemungkinan karena dia tidak tahu bagaimana seluk beluk pemerintahan. Saya melihat dan merasakan sendiri di lembaga legislatif, bagaimana sulitnya anggota-anggota dewan yang berasal dari berbagai latar belakang memahami dan menguasai ilmu pemerintahan yang paling sederhana sekalipun seperti struktur penyusunan APBD dan perimbangan keuangan daerah. Bukan karena mereka tidak mau belajar, tapi karena memang itu hal yang baru dan terus menerus berkembang.

Kesediaan seorang pemimpin untuk belajar adalah cerminan dari kerendahan hati yang mendalam. Mereka sadar bahwa apa yang mereka ketahui jauh lebih sedikit dari pengetahuan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan tugas kepemimpinannya. Karena itu mereka butuh orang lain dan belajar kepada orang-orang yang berpengetahuan. Sebaliknya, pemimpin yang merasa sudah tahu segalanya adalah bencana kepemimpinan. Pemimpin seperti ini tidak percaya kepada orang lain dan seringkali berlebihan dalam menilai kemampuannya. Ini adalah awal dari stagnasi yang merupakan musuh terbesar kepemimpinan.

Saya menyaksikan bagaimana Andi Sudirman Sulaiman belajar tentang banyak hal kepada para ahlinya. Mulai dari pejabat-pejabat kementrian, profesor-profesor dari berbagai kampus, para praktisi, pejabat birokrasi di berbagai level seperti Kepala Dinas, Kepala Bidang hingga Kepala Seksi, bahkan beliau tidak sungkan berdiskusi dengan para staf di kantor yang telah menggeluti suatu pekerjaan selama puluhan tahun. Beliau tidak malu bertanya dan belajar dari orang lain.

Salah satu strategi belajar Andi Sudirman untuk mempercepat proses pembelajarannya adalah dengan melakukan langsung (_learning by doing_). Belum pernah saya melihat seorang kepala dinas mengetik sendiri penyusunan anggaran dalam dokumen RAPBD, apalagi seorang Gubernur. Umumnya mereka hanya memerintahkan staf atau paling tinggi kepala bidang. Tetapi Andi Sudirman berbeda. Untuk memahami alur proses penganggaran dan penyusunan APBD secara cepat, beliau terlibat langsung dalam keseluruhan prosesnya, bahkan tak jarang mengetik sendiri program dan pagu anggaran di dalam _worksheet_ yang biasanya diketik oleh staf. Itu adalah pemandangan yang langka.

Pemimpin yang mau belajar adalah fenomena langka. Banyak pemimpin yang merasa puas dengan kapasitas dan pengetahuannya sebab enggan keluar dari zona nyaman dan takut dianggap lemah. Mereka hanya mengulang dan meniru apa yang telah dilakukan dan dicapai oleh pemimpin sebelumnya, seperti kata pepatah, _“business as usual”_. Mereka tidak melahirkan inovasi tapi memperbanyak _ceremony_. Mereka terlihat sibuk, tetapi jauh dari produktif.

Seorang pemimpin sejati adalah mereka yang tidak pernah berhenti belajar. Mereka memahami bahwa kepemimpinan bukanlah tentang mengetahui segala sesuatu, melainkan tentang terus-menerus memperluas wawasan, mengasah keterampilan, dan terbuka terhadap hal-hal baru di luar disiplin keilmuannya. Inilah yang membuat seorang pemimpin pembelajar menjadi pilar kepemimpinan yang kuat dan visioner. (*)

Berita Terkait

Pilkada Bantaeng 2024, Memilih Pakai Rasio atau Pakai Rasa? Tentukan Pilihanmu!
Stop Kekerasan pada Jurnalis! Pers Indonesia adalah Representasi Kedaulatan Rakyat  
Pemimpin Pemberani
Ketua KNPI Sulsel, Kanita Kahfi: Hanya Perempuan Yang Bisa!
Saya Bangga Jadi Wartawan
Tolak RUU Penyiaran: Menjaga Kebebasan Pers dan Hak Publik atas Informasi
Miskinkan Koruptor: Solusi Efektif Menghentikan Korupsi
Harga Keringat Guru

Berita Terkait

Selasa, 10 September 2024 - 00:38

Pilkada Bantaeng 2024, Memilih Pakai Rasio atau Pakai Rasa? Tentukan Pilihanmu!

Kamis, 5 September 2024 - 16:00

Stop Kekerasan pada Jurnalis! Pers Indonesia adalah Representasi Kedaulatan Rakyat  

Minggu, 18 Agustus 2024 - 14:43

Pemimpin Pembelajar

Senin, 12 Agustus 2024 - 08:49

Pemimpin Pemberani

Rabu, 7 Agustus 2024 - 16:50

Ketua KNPI Sulsel, Kanita Kahfi: Hanya Perempuan Yang Bisa!

Berita Terbaru