Beritasulsel.com,Sinjai- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka penduduk miskin di Kabupaten Sinjai pada periode Maret 2024 mengalami penurunan dibandingkan periode Maret 2023 lalu.
Dibulan Maret 2024 ini, persentase angka penduduk miskin di Sinjai berada dikisaran 7,82 persen atau menurun sekitar 0,7 persen dibandingkan Maret 2023 yang sebesar 8,55 persen.
“Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Sinjai pada bulan Maret 2024 sebesar 19,4 ribu orang menurun sebesar 1,74 ribu orang dibandingkan bulan Maret 2023 yang sebesar 21,14 ribu,” ujar Kepala BPS Sinjai, Arif Miftahudin kepada Beritasulsel.com, Jum’at (2/8/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurutnya, enam tahun berturut-turut sejak periode tahun 2019-2024 tingkat kemiskinan di Sinjai cukup mengalami penurunan dari 22,27 ribu hingga menjadi 19,4 ribu orang. Hanya saja, untuk garis kemiskinan perkapita atau nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan non makanan yang harus dipenuhi mengalami peningkatan.
“Garis Kemiskinan pada Maret 2024 adalah sebesar Rp412.441 per kapita perbulan dibandingkan Maret 2023 garis Kemiskinan naik sebesar 3,74 persen atau sebesar Rp14.879 per kapita perbulan,” katanya.
Arif mengakui garis kemiskinan Kabupaten Sinjai selalu mengalami peningkatan selama periode tahun 2019-2023. Semisal, di tahun 2019 lalu garis kemiskinan Kabupaten Sinjai sebesar Rp294.916 per kapita perbulan atau meningkat Rp117.525 per kapita perbulan.
Selain itu, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Kabupaten Sinjai mengalami kenaikan pada periode Maret 2023 hingga Maret 2024.
Indeks Kedalaman Kemiskinan pada Maret 2024 sebesar 1,16, naik dibandingkan Maret 2023 yang sebesar 0,98. Kenaikan ini katanya, menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin menjauhi garis Kemiskinan.
Begitu pula dengan Indeks Keparahan Kemiskinan, periode 2023 mengalami kenaikan dari 0,16 menjadi 0,25 pada Maret 2024.
“Kenaikan ini menunjukkan bahwa semakin naiknya ketimpangan pengeluaran penduduk miskin di Kabupaten Sinjai,” ungkapnya.
Meski demikian, Arif mengungkapkan secara secara hitungan penyebab ketimpangan adalah pertumbuhan nilai Garis kemiskinan (GK) belum diikuti dengan laju pertumbuhan atau pengeluaran penduduk miskin sehingga gap antara Garis Kemiskinan dan rata rata pengeluaran penduduk miskin nya sedikit melebar dibanding tahun lalu.
“Artinya program-program pengentasan kemiskinan masih perlu dioptimalkan lagi sehingga berefek pada meningkatnya pengeluaran penduduk miskin,” demikian kata Arif.