Beritasulsel.com – Terkhusus untuk program Literasi Al-Qur’an, Andi Sudirman Sulaiman pernah mengeluarkan surat edaran untuk pegawai beragama Islam di lingkup Pemprov. Sulawesi Selatan. Semua pegawai diwajibkan untuk salat berjamaah dan membaca Al-Qur’an.
Kebijakan tersebut dituangkan dalam surat edaran Gubernur Sulawesi Selatan dengan nomor 451/10533/B.Kesra tentang imbauan gerakan salat berjamaah dan literasi Alquran bagi ASN yang beragama Islam.
“Menghentikan seluruh kegiatan saat azan berkumandang dan segera melaksanakan Salat Fardhu secara berjamaah di masjid atau musala terdekat,”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Begitu isi surat edaran tersebut.
Dalam surat edaran tersebut aturan salat berjamaah di masjid atau musala tersebut diambil sebagai upaya untuk menertibkan para ASN lingkup Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan saat jeda kerja atau saat istirahat.
Tidak hanya itu, dalam surat edaran tersebut juga Andalan juga mengimbau kepada seluruh ASN lingkup Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang beragama Islam untuk membaca Al-Qur’an sebelum memulai pekerjaan.
“Dengan edaran ini, sebagai bentuk pembinaan mental spiritual dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan bagi ASN kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” ungkap A. Lalak, Pemerhati Literasi. Kamis (4/1)
Jelasnya saat upacara beberapa waktu lalu. Sekretaris Umum MUI Sulsel, KH Muammar Bakry, mengatakan bahwa kebijakan Gubernur Sulsel adalah upaya menumbuhkan tradisi dan budaya Islami di lingkup Pemprov Sulsel.
Juga sebagai langkah semakin mendekatkan umat muslim dengan kitab suci Al-Qur’an.
“Selama untuk kebaikan dan edaran itu ditujukan khusus untuk umat muslim, saya kira itu tradisi yang baik. Itu disebut tradisi dan budaya Islami,” ujar Muammar seperti dikutip di media online.
Program lainnya yakni program Literasi Kitab Suci di sekolah-sekolah binaan Pemprov bahkan telah berlangsung sejak tahun pelajaran 2020/2021 lalu saat pembelajaran full daring karena pandemi Covid 19.
Kegiatan tersebut dilakukan pada Hari Jumat, sebelum pelajaran dimulai selama 15 menit.
Program ini tentunya diharapkan dapat memberikan kesan positif bagi semua, baik guru maupun peserta didik serta seluruh stakeholder yang ada di satuan pendidikan.
Pembiasaan ini diharapkan akan menjadi budaya dan karakter yang mengakar dalam diri masing-masing.
Karena itulah, maka kontinuitas dari program ini sangat diharapkan apalagi adda beberapa bahkan terbilang banyak dari peserta didik yang sangat jarang menyentuh Alquran-nya, Apalagi membacanya. Beruntunglah, program literasi ini digaungkan kembali oleh Gubernur saat itu.
Gerakan 15 menit membaca dan mengkaji Al-Qur’an setiap hari Jumat di sekolah-sekolah dan instansi pemprov diharapkan menjadi momentum kebangkitan kecintaan terhadap Alquran yang diyakini sebagai pedoman hidup sehari-hari.
Bahkan dalam surat edaran Gubernur, aktivitas ini dilakukan setiap hari sebelum memulai pekerjaan.
Harapannya bahwa tidak ada lagi siswa yang buta Alquran dan lebih-lebih tidak ada lagi pegawai yang tidak melek Alquran. Karena, kenyataannya masih ditemukan ada peserta didik yang belum lancar membaca Al-Qur’an. Ada kemungkinan ini menjadi salah satu penyebab masih ada juga yang salatnya masih bolong-bolong.
“Keyakinan saya dan mungkin kita semua, bahwa program literasi Al-Qur’an ini pastinya akan menghasilkan generasi dan aparat Qurani. Pelan tapi pasti akan mewujudkan good governance. Akan berdampak pada girah dan kualitas dalam bekerja, memberi ketenangan dan kenyamanan dalam bekerja,” ungkap A. Lalak.
“Dan pastinya dengan pembudayaan program ini akan mengarahkan pada ketulusan dan keikhlasan dalam bekerja. Karena, program Gubernur Andalan ini sesungguhnya bervisi surgawi,” tandasnya. (*)
